Lihat ke Halaman Asli

Ilham Abi manyu

Antusias terhadap dunia digital marketing dan SEO

Negara Yang Membutuhkan Porang Banyak Di Tahun 2025

Diperbarui: 26 Maret 2025   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Porang yang masih muda di tanam di kebun, Sumber : istimewa

Lo pasti udah sering denger soal tren investasi atau bisnis yang lagi hype, kan? Nah, kali ini ada yang unik dari dunia pertanian---buah porang! Bukan, ini bukan buah buat rujak atau jus, tapi tanaman yang ternyata jadi "emas hijau" buat petani Indonesia. Kenapa? Simpan dulu kopi lo, kita bahas seru-seruan!

Porang Itu Apa Sih?

Porang (Amorphophallus muelleri) adalah tanaman umbi-umbian yang tumbuh subur di hutan tropis. Bentuknya mirip seperti iles-iles atau suweg, tapi punya nilai ekonomi tinggi banget. Tanaman ini tahan banting---bisa tumbuh di tanah kurang subur dan nggak butuh perawatan ribet. Makanya, banyak petani muda mulai melirik buat nanam porang.

Kenapa Porang Jadi Primadona?

  1. Ekspor Gila-gilaan!
    Porang punya kandungan glukomanan, serat alami yang dipake buat bahan makanan sehat, kosmetik, sampai obat. Negara kayak Jepang, China, dan Australia import besar-besaran dari Indonesia. Harganya? Bisa tembus Rp15.000--Rp50.000 per kilo tergantung kualitas!

  2. Bisnis Untung Gede
    Bayangin, dalam 1 hektar lahan, lo bisa panen 10--20 ton umbi porang. Kalau dihitung, omzetnya bisa ratusan juta rupiah per panen. Makanya, banyak anak muda mulai "kebun-in" porang buat passive income.

  3. Ramah Lingkungan
    Porang cocok ditanam di bawah tegakan pohon (tumpang sari), jadi nggak perlu babat hutan. Plus, bisa jadi solusi buat rehabilitasi lahan kritis. Eco-friendly banget, kan?

Gimana Cara Tanam Porang ala Anak Muda?

  • Modal Minim: Bibit porang murah, bisa pake umbi atau katak (bintil kecil di batang).

  • Low Maintenance: Nggak perlu penyiraman tiap hari, cukup andalkan hujan.

  • Panen Cepat: Dalam 1--2 tahun udah bisa dipanen, tergantung ukuran umbi.

Challenge-nya Apa?

Meski menggiurkan, tantangannya ada di pasar gelap. Kadang tengkulak nakal mainkan harga, makanya petani harus cari buyer langsung atau lewat koperasi. Juga, butuh pengolahan lanjut biar nilai jualnya nggak cuma mentah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline