Lihat ke Halaman Asli

Hizkia RonaldusSilalahi

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka tetap lah lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan

Resensi Buku Tan Malaka, "Madilog"

Diperbarui: 28 Juni 2021   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengulas Resensi Buku Tan Malaka,

Bangsa indonesia memandang bahwa apa yang dialaminya adalah sebuah takdir atau juga kekuatan supranatural/ gaib, cara pandang ini disebut oleh Tan Malaka sebagai logika mistika.

Cara cara seperti ini akan melumpuhkan/menghancurkan pikiran ketimbang berpikir untuk mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya lebik baik mereka rasa untuk berguru atau mengharapkan kekuatan-kekuatan gaib yang menjadi andalan mereka untuk menutupi rasa takut itu sendiri. 

Dalam hal ini Tan Malaka menuliskna madilog untuk merevolusi paradigma tersebut, Madilog adalah sebuah akronim dari materialisme, dialektika, dan logika yang menjadi titik pokok nya.

Baca juga : Tan Malaka, Popularitasnya di Mancanegara, dan Kecintaannya Pada Membaca

Materialisme, diambil dari pemikiran seorang Karl Marx dan sahabatnya Friedrich Englas. Karl Marx sendiri terkenal sebagai bapak dialektis materialism dan surplus value, yakni nilai-nilai lebih yang dihasilkan oleh buruh namun yang menjadi penguasa nya adalah kaum kapitalis. 

Englas sendiri adalah sahabat Karl Marx yang meneruskan menulis "DAS CAPITAL" yang belum selesai dituliskan Marx karena meninggal. Materialisme adalah sebuah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi, materialisme lebih condong pada panca indra ketimbang insting ataupun kepercayaan dalam mempelajari/mencapai suatu ilmu.

Logika, berarti pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa atau singkatnya tata cara berpikir, logika menjadi penentu dalam keadaan dua pilihan, ya atau tidak, mati atau hidup, tinggi atau pendek,dsb. Tan Malaka sendiri memberitahukan/mengenalkan prinsip logika dasar seperti conversion, obversion, dan syllogism.

Baca juga : Tak Ada yang Mampu Menewaskan Perjuangan Sejati (Tan Malaka)

Dialektika, yang berdasarkan pikiran yang pada hegalisme, tidak ada suatu kebenaran yang absolut. Dalam hal ini Tan Malaka memberikan contoh waktu, dimana seiring berjalan nya waktu akan selalu ada pertentangan/pergerakan yang akan membawa dampak/perubahan besar. 

Tan malaka menjelaskan bagaimana seorang Alva Edison bisa dikatakan pintar dan bodoh, dimana sewaktu dia kecil dia dianggap idiot yang bodoh dan akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah, namun setelah dia dewasa dia berubah menjadi Edison yang sangat jenius dan membawa dampak yang sangat besar terhadap dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline