Mohon tunggu...
angelica phylia
angelica phylia Mohon Tunggu... Musisi - Pil

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tak Ada yang Mampu Menewaskan Perjuangan Sejati (Tan Malaka)

4 Maret 2021   18:03 Diperbarui: 4 Maret 2021   18:18 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak pahlawan nasional yang sudah diakui oleh negara kita karena jasa-jasanya dalam berjuang melawan penjajah dan meraih kemerdekaan atau berjuang demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh melupakan perjuangan mereka semua dalam melawan para penjajah.

Namun tidak sedikit pejuang yang memiliki jasa besar dalam memerdekakan Indonesia, namanya tidak dikenal dan dikenang. Salah satunya yaitu Tan Malaka, beliau yang pertama kali berjuang menentang antikolonialisme di negeri ini. Bukunya yang berjudul Naar de Republiek Indonesia (1925) mencetuskan tentang konsep "Negara Indonesia" dan buku ini pulalah yang menginspirasi Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan bapak bangsa lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan yang dilakukan Tan Malaka yaitu dengan menulis buku, membentuk kesatuan masa, bicara dalam kongres internasional, dan bahkan ikut bertempur di medan perang melawan Belanda. Karena kegiatan-kegiatannya ini, namanya begitu dikenal di Belanda hingga ia harus beberapa kali dipenjara, diburu interpol, juga dikejar-kejar polisi internasional. Tan Malaka memang sosok yang membenci ketidakadilan dan peduli terhadap penderitaan para buruh.

Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, ternyata Indonesia belum benar-benar bebas dari Belanda. Tan Malaka merasa para pemimpin negara terlalu lembek terhadap Belanda yang masih terus berusaha menguasai Indonesia. Bagi Tan Malaka, kemerdekaan dengan adanya proklamasi itu sudah diraih sepenuhnya, jadi tidak perlu melakukan perundingan apapun dengan Belanda. Ia khawatir perjanjian-perjanjian seperti Linggarjati dan Renville justru merugikan Indonesia nantinya, " Tak ada tuan rumah yang berunding dengan maling yang menjarah rumahnya".

Tan Malaka akhirnya tetap berkeliling dan berjuang mengusir Belanda yang mencoba kembali menyusup ke Indonesia. Ia juga mendirikan perkumpulan beranggotakan masyarakat yang kecewa terhadap pemerintah Indonesia yang lebih memilih jalur perundingan, padahal masyarakat menilai bahwa Indonesia seharusnya telah merdeka.

Pihak pemerintah yang berusaha menekan konflik merasa kerepotan dengan ulah Tan Malaka yang berusaha mempertahankan kemerdekaan ini sehingga ia ditangkap dan dipenjara. Setelah Tan Malaka keluar dari penjara, hal yang dikhawatirkan tentang perundingan ternyata benar terjadi, Perjanjian Renville yang hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera sebagai wilayah Republik Indonesia. Tan Malaka merasa jengkel dan kembali melakukan gerakan-gerakan untuk menentang hal ini. Tapi sekali lagi ia malah dianggap sebagai pembuat onar dan memprovokasi rakyat, bahkan berimbas dengan Tan Malaka di tembak mati oleh Tentara Nasional Indonesia di Kediri Jawa Timur, dan sampai saat ini jenazah ataupun makamnya tidak pernah diketahui keberadaannya.

Saat ini kita hidup di era modern mungkin memang sulit membayangkan bagaimana kehidupan di masa perjuangan. Mengapa pemerintah memilih berunding, atau mengapa Tan Malaka memilih bersih keras mengusir Belanda tanpa kompromi. Kita tidak bisa langsung menunjuk siapa yang salah, karena sebenarnya kedua sisi sama-sama berjuang untuk meraih kemerdekaan meski dengan taktik yang berbeda.

Lalu apa yang mampu kita berikan untuk berkontribusi membesarkan juga menjaga Indonesia, yang telah diperjuangkan banyak sekali jiwa sehingga harus gugur di medan perang. Hal itu perlu sekali kita pikirkan dan tanamkan dalam diri kita sebagai kaum muda. Dengan adanya banyak sekali budaya luar yang masuk ke Indonesia, merupakan penjajahan versi baru di era ini. Dan kita apakah sudah siap melawannya atau malah terjun mengikuti budaya luar? Bicara perjuangan tidak hanya sampai teks proklamasikan dibacakan oleh presiden pertama kita, nyatanya saat ini kita masih harus berjuang memberantas budaya budaya luar yang masuk dan mengikis budaya juga persatuan kesatuan kita.

Indonesia juga sangat membutuhkan kita kaum muda terpelajar untuk menjadi penyeimbang antara pemerintah dan rakyat. Banyak hal dan konflik baru ini yang perlu kita tengahi juga kita aspirasikan lewat suara-suara yang tidak bisa di bungkam oleh penguasa. Hal ini membuat kita kaum muda perlu dibekali oleh ilmu yang tidak terbatas, belajar, membaca, berbagi pengalaman perlu dilakukan dibarengi oleh penelitian-penelitian ilmiah dan keilmuwan.

Ini merupakan hal yang sewajarnya, bahwa kita kaum muda yang memang sebagai generasi bangsa memperjuangkan lagi Indonesia sampai rakyat benar merasa kemerdekaan yang sesungguhnya.

Tidak ada lagi yang bisa menyampaikan saat suara kebenaran di lantangkan, bahwa orang itu terlalu memprovokasi masyarakat ataupun membuat onar seperti apa yang dilakukan Tan Malaka dan pahlawan--pahlawan lainnya. Ketika memang suatu kesalahan harus di luruskan dan kebenaran harus disampaikan, kita harus sama-sama terima demi kemajuan bangsa dan kemerdekaan semua rakyar Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun