Lihat ke Halaman Asli

Jam Dinding Mogok, Sahur Jadi Lomba Lari

Diperbarui: 9 Maret 2025   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada Keberkahan dalam Sahur (Sumber: Copilot)

Sahur. Momen yang seharusnya penuh berkah, tapi seringkali berubah jadi ajang drama kocak, terutama di rumah kami. Kali ini, ceritanya lebih absurd dari biasanya. Semuanya berawal dari jam dinding yang memutuskan untuk "istirahat" tepat di momen genting: menjelang imsak.

Jadi, begini ceritanya.

Seperti biasa, kami sekeluarga---saya, adik saya yang suka melakukan hal-hal yang random, dan ibu yang selalu panikan dan perfectionis---berkumpul di meja makan untuk sahur. Ayah? Oh, ayah sedang menikmati salat malamnya.

Malam itu, ibu sudah memasak menu sahur: nasi kebuli ayam spesial plus telur dadar ditambah acar mentimun. Saat sahur, ibu tinggal menghangatkannya dengan menambahkan ayam goreng

Tapi, entah kenapa, suasana sahur selalu saja berantakan. Adik saya masih asyik tertidur, sulit untuk dibangunkan, sementara saya, ah, masih jam 3 pagi saat ibu membangunkanku, pikirku. Masih ada waktu main sebelum benar-benar bangun dan santap sahur. Lumayan masih bisa scrolling Instagram untuk menghilangkan kantuk .Emang dasar ujian, padahal kata Pak Ustaz,"Saat Ramadan, setan sudah diikat", tapi saya malah sibuk scrolling bukan ibadah. Padahal bisa wudhu jika sekedar untuk menghilangkan kantuk. Ibu juga seperti biasa, terus mengingatkan, "Ayo, cepat! Nanti kesiangan!"

Tapi, siapa sangka, masalah besar datang dari arah yang tak terduga: jam dinding di ruang makan.

Jam itu sudah lama menemani kami dari beberapa generasi. Usianya mungkin lebih tua dari saya. Tapi, selama ini dia setia menemani kami, meski kadang jarum jamnya bergerak lebih lambat atau lebih cepat. Malam itu, jam itu memutuskan untuk "mogok". Tiba-tiba, jarumnya berhenti bergerak. Padahal, kami semua mengandalkan jam itu untuk tahu waktu, karena hp kami semua lowbat dan sedang dicas.

Ibu yang pertama kali sadar saat menyalakan televisi seusai menghangatkan nasi kebuli dan menggoreng ayam. Saat menyalakan televisi, ibu melihat pop up jam di acara tv memperlihatkan jam 04.20, ibu pun menoleh ke arah jam dinding yang berhenti berdetak pukul 03.45, "Lho, kok jamnya nggak gerak?" katanya sambil menunjuk ke arah jam. 

Panik pun melanda. Adik saya yang masih tertidur segera ibu bangunkan kembali, "Imsak sudah dekat, kita baru mulai makan!" Saya yang tadinya santai di meja makan, langsung buru-buru menyendok nasi kebuli ke mulut. Ayah yang baru selesai salat, dengan tenangnya menyeruput secangkir kopi terlebih dahulu, lalu menuju ibu, untuk menggendong adik yang belum terbangun dari mimpinya bilang, "Cepetan bangun, keburu azan, nggak ada waktu lagi!", kata ayah.

Kami langsung heboh. Adik yang baru bangun, buru-buru minum air, sambil ngejelasin, "Aku belum makan banyak, nih!" Saya sendiri masih mengunyah nasi kebuli dengan lahap, sambil berpikir, "Ini sahur atau lomba makan cepat?"

Ibu, yang tidak mau kalah, langsung membagi-bagikan kurma sambil bilang, "Ayo, makan kurma dulu, biar dapat pahala!" Ayah, yang masih memakai sarung dan koko, tidak mau kalah ikut "lomba makan sahur". Sekarang ikut panik dan buru-buru minum kopinya. Suasana jadi seperti adegan film action, padahal cuma sahur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline