Lihat ke Halaman Asli

Gusblero Free

Penulis Freelance

Kartu Kuning ala Pesantren

Diperbarui: 9 Februari 2018   18:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpribadi @gusblero

Tulisan ini tidak akan membahas apa yang menjadi latar belakang seorang anak muda tiba-tiba dengan beraninya mengeluarkan kartu kuning untuk Presiden pada sebuah acara perhelatan resmi. Tulisan ini juga tidak akan menyebut nama anak muda tersebut, karena alasan yang lebih pokok agar tidak membekaskan kegundahan dikelak hari.

Akan tetapi satu hal pasti, seandainya saya adalah orang tua dari anak muda tersebut, saya tidak akan pernah merasa bangga sama sekali dengan apa yang telah dilakukannya. Saya juga tidak akan bertepuk tangan baginya untuk kehadirannya di beberapa tayangan televisi sebagai narasumber.

Adab di Atas Ilmu

Al adabu fauqal 'ilmi, adab di atas ilmu. Ujung pencapaian dari sebuah ilmu itu adalah untuk membentuk seseorang yang berkarakter. Makna berkarakter dalam hal ini tentu saja memiliki adab, akhlak yang baik atau akhlakul karimah, ini selaras dengan tujuan Islam. Terkait soal akhlak ini, Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus (tidak lain) adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak (manusia)."

Anda boleh berhasil bahkan dengan tumpukan prestasi yang hampir menyamai gunung, Anda boleh mengumpulkan banyak harta hingga bisa menyelam di dalamnya. Akan tetapi hilangnya adab penghormatan kepada orang yang lebih tua, hilangnya rasa empati terhadap lingkungan sosial, akan menggambarkan kekurangan Anda sebagai orang yang berilmu.

Percuma orang kaya tidak beradab, percuma orang berilmu tidak beradab. Oleh karena sebab adab menjaga keselarasan dalam hubungan inter antar mahluk juga kemuliaan seorang manusia kemudian direpresentasikan.

Jika engkau tidak beradab sedangkan engkau berilmu, maka berarti ilmumu tidak bisa mendidikmu. Seseorang yang beradab padahal dia tidak berilmu maka itu lebih baik dibanding seorang yang berilmu tetapi tiada beradab. Jika ingin menyampaikan ilmu haruslah beradab, jika ingin menasihati haruslah beradab, jika ingin memberi teguran juga harus beradab, atau jika ingin memberi peringatan sekalipun haruslah dengan cara-cara yang disesuaikan dalam adab.

Kita bisa mencontoh tindakan utama para ulama. Walaupun muktabar dan dipenuhi keramat yang susah dijabar, mereka tetap menjaga adab dalam berkomunikasi dengan lawan bicara. Mereka tidak pernah arogan dalam bersikap, karena para ulama itu sadar betul sebagaimana Allah mengangkat derajat begitu mudahnya, sedemikian mudahnya pula bagi Allah untuk membalikkannya.

Negeri Yang Beradab

Diantara sila-sila yang menjadi dasar perikehidupan kita dalam  berbangsa dan bertanah air ada disebut-sebut tentang adab. Tetapi hari ini rumusan-rumusan tentang "per-adab-an" nampaknya sedang gagal kita pusakai sebagai nilai-nilai luhur, bahkan justru kemudian kita larut dalam hegemoni "peradaban"penuh kepentingan yang mengunggulkan nilai-nilai instan.

Sebagai orang tua yang memiliki anak dan akan hidup dimasa depan, kondisi ini sungguh membuat miris. Orang-orang muda akan terus berjuang hebat agar bisa merebut dan berada di tampuk kekuasaan. Sementara orang-orang tua juga akan terus meramu obat untuk menunjukkan keperkasaannya dengan kekuasaan yang begitu sempurna. Kesadaran tentang hilangnya adab dalam perjalanan negeri ini akan menjadi wujud ketidak sempurnaan paling sempurna yang akan membuat kita menyesal dan menangis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline