KENDAL -- Mahasiswa Giat 12 Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pakisan, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, menggelar program kerja (proker) bertema pencegahan stunting pada Minggu, 10 Agustus 2025. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah gizi yang masih menjadi tantangan serius di wilayah Patean.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas Patean pada semester I tahun 2024 mencapai 12,54%. Beberapa desa seperti Plososari, Pakisan, dan Kalices menjadi desa prioritas penanganan. Misalnya di Desa Plososari, pada tahun 2023 tercatat 54 anak balita stunting dan pada 2024 jumlahnya menurun menjadi 47 anak. Meski menurun, angka tersebut masih memerlukan upaya pencegahan berkelanjutan.
Menanggapi kondisi tersebut, mahasiswa Giat 12 UNNES bekerja sama dengan kader posyandu Desa Pakisan melaksanakan serangkaian kegiatan. Program dimulai dengan pembagian poster edukasi kepada ibu hamil yaitu SENTI akronim dari Sehat Ibu, Nutrisi Anak Terpenuhi dan poster edukasi balita yaitu SEHATI akronim dari Sehatkan Anak Lewat PMT dan Edukasi Gizi. Poster tersebut berisi informasi tentang pola asuh yang tepat, pentingnya gizi seimbang, dan panduan Isi Piringku yakni pembagian porsi makan yang ideal bagi anak. Edukasi ini diharapkan dapat membantu para ibu dalam menyusun menu harian yang bergizi dan seimbang bagi keluarga.
Poster Edukasi Sehati (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Selain itu, mahasiswa juga mendampingi kader posyandu dalam pembagian Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita yang berat badannya stagnan atau tidak naik selama dua bulan berturut-turut. Proses distribusi dilakukan berdasarkan data hasil penimbangan rutin posyandu pada bulan Maret dan April. Data tersebut kemudian dikirimkan ke Puskesmas Patean, lalu diverifikasi oleh ahli gizi, dan diserahkan kembali kepada kader posyandu untuk dibagikan.
"Kriteria penerima PMT ditentukan dari hasil posyandu. Setiap bulan dilakukan penimbangan, datanya masuk ke puskesmas, lalu ahli gizi menentukan siapa saja yang berhak. Sasarannya adalah anak-anak dengan berat badan yang tetap dan tidak naik pada bulan Maret dan April," jelas salah satu kader posyandu Desa Pakisan, Ella.
Dalam praktiknya untuk memastikan PMT benar-benar dikonsumsi oleh anak maupun ibu hamil bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, mahasiswa turut membantu Bu Ella dengan menyuapi balita penerima PMT. Langkah ini dilakukan untuk memastikan makanan tambahan benar-benar dikonsumsi oleh anak.
Pendampingan Pemberian PMT Pada Balita (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
"Kadang ada PMT yang seharusnya untuk ibu hamil dan anak justru dimakan anggota keluarga lain karena rasanya unik dan enak. Kami tidak selalu bisa memantau langsung, jadi pendampingan dari mahasiswa KKN sangat membantu kami," ungkap Bu Ella.
Lebih lanjut, Bu Ella menekankan bahwa penurunan angka stunting tidak hanya bergantung pada adanya PMT.
"Semua tergantung pada keluarga masing-masing, bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak. Baik stunting maupun berat badan anak yang tidak naik sangat dipengaruhi oleh pola asuh ibu di rumah," tambahnya