Setiap usaha pasti banyak lika likunya. Salah satunya yaitu terbatasnya modal usaha. Di pedesaan, akses permodalan yang bisa menjangkau perempuan sebagai pengusaha ultra mikro, masih sangat terbatas.
Lembaga keuangan formal seperti bank, memang telah hadir memberikan pelayanan peminjaman modal. Namun upaya untuk mendapatkan tambahan modal usaha seringkali terbentur oleh syarat dan prosedur yang rumit. Contohnya, perlu adanya jaminan/agunan, legalitas usaha dan sebagainya.
Jika meminjam modal usaha dari lembaga keuangan non-formal seperti rentenir, prosesnya mudah, pencairan cepat dan tanpa agunan. Tetapi profil risiko yang terukur untuk pinjamannya tinggi. Hal ini memberatkan para pengusaha.
Beranjak dari permasalahan terbatasnya akses permodalan usaha bagi para perempuan desa, Amartha hadir menawarkan kemitraan yang menarik. Amartha datang tidak hanya terbatas pada pemberian pinjaman modal usaha, tapi ada upaya pemberdayaan.
Kisah perjalanan Amartha dalam upaya membangun ekonomi dari desa melalui pemberian dukungan modal usaha ini menarik untuk dicermati lebih dalam. Melalui kunjungan ke pengusaha yang menjadi mitra Amartha di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, para Kompasianer diajak berkunjung dan berbincang-bincang dengan para mitra tersebut.
Kunjungan pertama di waktu pagi adalah ke pengusaha mikro Master Lemon, yang dimiliki oleh Ibu Lina. berlokasi di Desa Cikahuripan. Di waktu siang, para Kompasianer mendatangi pengusaha mikro di bidang kerajinan rajut aksesori SN Collection yang dipunyai oleh Ibu Sherly, di Desa Cikole.
Kisah sepak terjang para mitra Amartha membangun usaha menjadi cerita pembelajaran yang menarik. Termasuk ketika kiprah Amartha mulai mewarnai perjalanan usaha mereka.
Kunjungan Kompasianer ke lokasi usaha Pengrajin Rajutan Aksesoris - SN Collection di Kecamatan Lembang (Sumber: Dokpri)
Kiprah Amartha
Perempuan desa, menjadi sasaran pemberdayaan ekonomi oleh Amartha ini, dikarenakan keberadaan mereka masih terpinggirkan. Peran perempuan desa masih disepelekan dalam ketahanan ekonomi keluarga.
Padahal para perempuan desa mempunyai potensi yang besar dalam menopang kehidupan ekonomi rumah tangga. Walaupun modalnya sedikit dan terbatasnya peralatan, namun dengan kegigihan yang kuat membuat usaha ekonomi para perempuan desa itu bertahan dan malah berkembang.