Lihat ke Halaman Asli

Fidelya Hannan

Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

Satu Kuas, Satu Cerita: Lukisan Wajah dari Pinggir Jalan Kota Tua

Diperbarui: 19 Juli 2025   15:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

         Karya Eel, seorang Pelukis di Kota tua (Sumber: Dokumen Pribadi Fidelya hannan)

Jakarta, 19 Juli 2023 --- Di sepanjang jalan Kota Tua Jakarta, mata pengunjung akan mudah menemukan pelukis jalanan. Salah satunya adalah Eel, seniman yang sejak 2011 rutin melukis wajah di atas kanvas kecil. Eel tak hanya menghasilkan rupa, namun juga berupaya menangkap kisah di balik setiap wajah yang ia lukis. Baginya, melukis di Kota Tua bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga panggilan hati untuk menghadirkan cerita-cerita manusia.

Eel memulai proses belajarnya di awal 2000-an di Bali, kemudian mengasah kemampuan di Yogyakarta---kota yang dikenal sebagai rumah bagi para seniman---sebelum akhirnya memilih Kota Tua sebagai tempat berkreasi. "Melukis di sini bukan hanya soal mencari penghasilan. Setiap wajah itu punya cerita. Saya berusaha mengabadikannya lewat lukisan," ujarnya usai menyelesaikan sebuah potret. Suasana Kota Tua yang unik serta ragam manusia yang melintas di sana menjadi sumber inspirasi tak pernah habis bagi pria ini.

Eel menekankan, melukis wajah adalah proses yang lebih dari sekadar menggambar. Ia kerap mengobrol dengan orang yang akan dilukisnya agar dapat menangkap kepribadian dan cerita mereka. "Saya ingin orang yang melihat lukisan tidak hanya melihat wajah, tapi juga merasakan cerita di baliknya," tambahnya.

Selain Eel, Kota Tua juga menjadi rumah bagi sosok pelukis senior, Tendy, yang telah melukis di kawasan ini sejak 1990-an. Di mata komunitas seniman jalanan, Tendy dikenal sebagai penjaga semangat dan tradisi. Ia kerap menjadi rujukan bagi pelukis-pelukis muda berkat pengalaman panjangnya. Lukisan-lukisan Tendy didominasi potret kehidupan jalanan dan orang-orang Kota Tua. "Kadang penghasilan tidak menentu, tapi seni itu nafas kami. Kota Tua sudah seperti rumah kedua," jelasnya, menegaskan semangat kebersamaan di tengah tantangan.

Kehadiran pelukis-pelukis jalanan seperti Eel dan Tendy di Kota Tua Jakarta tidak hanya menghadirkan karya seni yang menarik, tetapi juga menciptakan pengalaman yang unik dan berkesan bagi para pengunjung. Setiap proses melukis yang berlangsung secara langsung di tengah keramaian menjadi momen yang tak terlupakan bagi banyak orang. Mereka bukan hanya menyaksikan sebuah lukisan lahir, tetapi juga merasakan kehangatan interaksi saat pelukis mengobrol dengan subjeknya.

Rani, salah seorang pengunjung, mengungkapkan bahwa hasil lukisan yang diterimanya sangat berbeda dari sekadar foto biasa. "Hasil lukisan saya sangat berbeda dari sekadar foto. Ada nuansa cerita dan kehangatan di sana, apalagi selama proses melukis saya sempat berbincang dengan pelukisnya," ujarnya. Kesempatan untuk berbincang dan mengenal sosok di balik karya menjadikan pengalaman tersebut jauh lebih personal dan bermakna.

Selain pengunjung lokal, wisatawan asing juga menunjukkan antusiasme yang tinggi. Jean, seorang wisatawan dari Kanada, bahkan merasa terpukau dengan proses melukis secara langsung yang ia saksikan di Kota Tua. "Di sini saya merasa benar-benar diterima. Lukisan ini akan saya bawa pulang sebagai kenangan manis dari Jakarta," kata Jean. Bagi para wisatawan, lukisan wajah yang dibuat para pelukis bukan sekadar benda seni, melainkan souvenir istimewa yang mengabadikan momen dan cerita perjalanan mereka di ibu kota.

Banyak pengunjung menganggap interaksi langsung dengan para pelukis memberikan dimensi baru pada seni jalanan. Mereka bisa melihat bagaimana ekspresi dan cerita seseorang tertangkap dalam sapuan kuas, sehingga tak jarang lukisan tersebut menjadi kenangan yang benar-benar membekas di hati. Pengalaman ini pun menambah daya tarik Kota Tua bukan hanya sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi juga sebagai ruang seni yang hidup dan mengundang partisipasi masyarakat serta pengunjung dari berbagai latar belakang.

Komunitas Pelukis: Ruang Bertumbuh Bersama

Komunitas pelukis jalanan Kota Tua, mulai dari pelukis senior macam Tendy, kelompok muda seperti "Perupa Kota Tua" hingga "Komunitas Kreatif Kota Tua", terus tumbuh dalam semangat saling mendukung. Mereka terlibat aktif dalam berbagai pameran, baik secara langsung di lapangan maupun online, serta kerap berbagi ilmu teknik dan pengalaman. "Kami saling mendukung, berbagi teknik dan pengalaman. Seperti keluarga yang membantu satu sama lain," kata Eel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline