Lihat ke Halaman Asli

Donat Camilan Merakyat Yang Selalu Laku: Dari Dapur Rumahan ke Etalase Mall

Diperbarui: 22 Agustus 2025   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampilan Menarik  Kotak Donat yang menarik  (dok.pribadi)

Donat adalah "bahasa universal" camilan: sederhana, terjangkau, akrab di lidah anak sampai orang tua. Di warung pinggir jalan, pasar modern, hingga kafe instagramable, donat selalu punya tempat. Kenapa? Karena donat memadukan tiga hal yang disukai banyak orang: tekstur empuk, rasa yang fleksibel (manis, gurih, bahkan asin), dan harga yang bisa diatur untuk semua segmen. Untuk pecinta kuliner, donat memberi ruang eksplorasi topping tanpa batas: gula halus klasik, glaze cokelat, keju-parut, matcha, hingga isian ragout. Fleksibilitas ini membuat donat relevan lintas tren.

Mengapa layak dikonsumsi? Pertama, donat adalah sumber energi cepat berkat karbohidrat dari tepung dan gula. Dengan porsi yang wajar, ia bisa jadi teman kopi atau teh, pengganjal lapar di sela aktivitas. Kedua, kita bisa membuat donat lebih "berimbang" dengan sentuhan sederhana: pakai tepung campuran (sedikit tepung gandum), kurangi gula di adonan, pilih topping yang tidak melulu manis (misalnya kacang sangrai, keju, atau selai buah rendah gula). Ketiga, untuk yang sadar minyak, opsi oven-baked (donat panggang) makin populer---teksturnya berbeda, tapi tetap nikmat dan lebih ringan.

Bagaimana prospek usaha donat di masyarakat? Ceruknya lebar dan tak mudah jenuh. Donat bisa masuk tiga kanal: (1) rumahan---pre-order via WhatsApp/Instagram; (2) ritel kecil---titip di warung/kantin/sekolah; (3) premium---kafe kecil dengan ambience dan topping unik. Diferensiasi kunci: rasa konsisten, sedikit "cerita" brand (asal bahan, signature flavor), dan kemasan rapi. Margin bisa menarik karena bahan baku relatif terjangkau dan teknik produksi dapat di-scale: mulai dari mixer rumahan hingga spiral mixer skala kecil. Strategi promosi efektif: bundling (paket 6 rasa), varian musiman (donat kurma saat Ramadan, nastar saat Lebaran), serta kolaborasi lokal (kopi tetangga, susu pasteurisasi UMKM). Jangan lupakan data: catat rasa terlaris, jam order ramai, dan feedback pelanggan untuk memutuskan stok harian.

Lalu, bagaimana agar kualitas donat makin enak dan disukai konsumen?

  1. Bahan tepat: gunakan tepung protein sedang--tinggi untuk gluten yang cukup, ragi aktif segar, dan susu (atau susu bubuk) untuk rasa lebih "milky". Mentega berkualitas memberikan aroma lebih dalam dibanding margarin saja.

  2. Adonan sabar: uleni sampai windowpane (gluten elastis) dan lakukan proofing dua tahap---pertama setelah ulen, kedua setelah dibentuk. Adonan terlalu cepat digoreng = tekstur padat, bukan empuk.

  3. Kontrol suhu: goreng di 165--175C. Terlalu panas, luar cepat cokelat dalamnya mentah; terlalu rendah, donat menyerap minyak. Pakai termometer minyak jika bisa.

  4. Drainage rapi: tiriskan di rak kawat, bukan tisu saja, supaya bagian bawah tidak lembap. Tabur gula halus atau oles glaze saat donat masih hangat agar melekat cantik.

  5. Konsistensi ukuran: gunakan timbangan untuk berat adonan per buah. Ukuran konsisten = waktu goreng konsisten = hasil rasa konsisten.

  6. Kebersihan rasa: ganti minyak secara berkala; minyak "lelah" membuat aftertaste tengik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline