Generasi Z dikenal sebagai generasi yang tumbuh di tengah derasnya arus teknologi digital. Hampir seluruh aktivitas mereka bersinggungan dengan gawai, media sosial, hingga aplikasi belajar daring. Fenomena ini mengubah pola belajar yang sebelumnya identik dengan buku cetak dan ruang kelas tradisional menjadi lebih fleksibel, cepat, dan berbasis teknologi.
Salah satu perubahan besar terlihat dari meningkatnya minat remaja pada platform belajar online. Situs maupun aplikasi seperti Ruangguru, Zenius, hingga YouTube edukasi menjadi teman harian mereka. Belajar tidak lagi terbatas oleh jam sekolah, melainkan bisa dilakukan kapan saja, bahkan di sela-sela aktivitas lain.
Kok Bisa? Yuk Mempelajari Bughat Melalui Sejarah Dunia Masa Revolusi Prancis! Baca Selengkapnya...
Menariknya, generasi ini juga lebih menyukai pembelajaran visual dan interaktif dibanding sekadar membaca teks panjang. Video animasi, podcast, maupun infografis dianggap lebih mudah dicerna sekaligus menghibur. Dengan cara ini, belajar tidak terasa membosankan dan justru memantik rasa ingin tahu yang lebih besar.
(Ilustrasi Pembelajaran Interaktif Untuk Anak Melalui Digital, Source: Dev Guru)
Selain itu, komunitas belajar virtual menjadi wadah kolaborasi baru. Banyak remaja membuat grup diskusi di WhatsApp, Telegram, maupun Discord untuk saling bertukar ide dan mengerjakan tugas bersama. Interaksi ini memberi rasa kebersamaan meski dilakukan secara daring.
Namun, kemudahan akses digital juga membawa tantangan. Distraksi dari media sosial atau game sering membuat fokus belajar terpecah. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk membangun disiplin diri agar teknologi benar-benar menjadi alat pendukung, bukan penghambat.
Dari sisi pendidik, guru kini dituntut lebih kreatif dalam menyajikan materi. Mereka tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat mengelola informasi dari berbagai sumber digital dengan bijak.
(Ilustrasi Orang Tua Yang Mendampingi Dalam Pembelajaran Digital, Source: Shutterstock/Backgroundy)