Lihat ke Halaman Asli

Doni Bastian

TERVERIFIKASI

blog : www.donibastian.com

Negara Harus Menjamin Kualitas Hidup Mantan Atlet Juara

Diperbarui: 19 September 2016   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prestasi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir untuk nomor ganda campuran kian komplet. Medali emas Olimpiade Rio 2016 melengkapi kejayaan Owi/Butet - begitu mereka biasa disapa - yang sempat mencatat hat-trick juara All England dan menjadi juara dunia. Sumber: Kompas.com

Betapa menyedihkan bila kita menemukan berita tentang seorang atlet yang semasa mudanya pernah menjadi juara namun di akhir kehidupannya berada pada kondisi kemiskinan.

Mereka para mantan atlet juara dari berbagai cabang olahraga tersebut mengalami kesulitan ekonomi bahkan terpaksa menjual medali yang mereka banggakan itu hanya untuk sekadar menyambung hidup. Terlepas dari apapun yang telah terjadi pada kehidupan mantan atlit juara tersebut sehingga membuatnya hidup menderita di hari tua, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olah Raga tak boleh tinggal diam.

Berikut ini adalah (contoh) beberapa mantan atlit juara yang mengalami kehidupan yang tidak layak di masa tuanya;

Atlit Juara : Sumber Gambar : Bombastis.com

Soeharto, mantan atlet balap sepeda yang berhasil menyabet medali emas di nomor Team Tome Trial (TTT) Sea Games 1979 di Kuala Lumpur, medali perak di Tour de ISSI 1977, medali perunggu di ROC International Cycling Invitation di Cina pada tahun 1977 sampai dengan medali emas di kejuaraan Wali Kota Jakarta Utara Cup ini harus menjadi seorang tukang becak di masa tuanya.

Atlit Juara : Sumber Gambar : Bombastis.com

Marina Segedi, mantan atlet pencak silat yang menyumbang medali emas untuk Indonesia di kejuaraan ASEAN Pencak Silat Kelas A Putri di tahun 1983 yang dihelat di Singapura. Kini, hidupnya serba pas-pasan dan harus menumpang di rumah orang tuanya. Agar dapat menghidupi anak-anaknya, Marina harus bekerja sebagai sopir taksi.

Atlit Juara : Sumber Gambar : Bombastis.com

Leni Haini, mengharumkan nama Indonesia dengan menyumbang 2 medali emas dalam kejuaraan perahu naga Asia di Singapura, 3 emas dan 1 perak di kejuaraan dunia perahu naga yang diselenggarakan di Hong Kong sampai dengan medali emas untuk kejuaraan perahu naga Asia di Taiwan. Kini hidup memprihatinkan dengan menjadi buruh cuci, ditambah lagi dengan kondisi seorang anaknya yang menderita penyakit kerapuhan kulit.

Atlit Juara : Sumber Gambar : Bombastis.com

Denny Thios, di era tahun 80-90an sangat bersinar sebagai atlet angkat berat. Tidak hanya penghargaan tingkat nasional saja, iajuga mengikuti beberapa kejuaraan tingkat internasional. Bahkan dia berhasil menjadi menyabet medali perak di PON XII, medali emas di kejuaraan angkat berat tingkat Asia. Kini, ketika memasuki usia senja, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Denny harus bekerja sebagai tukang las

Informasi lengkapnya mengenai mantan atlit juara bisa dibaca di sini

Semua mantan atlit juara, apalagi yang telah menorehkan prestasi olahraga tingkat internasional, sudah tentu ingin menikmati sisa perjalanan hidupnya dalam kondisi yang layak. Sebagai pahlawan di bidang olahraga yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia international, maka negara berkewajiban untuk menjamin kehidupan di masa tua mereka.

Memang Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pemuda dan Olah Raga, tentu telah memberikan apresiasi atau penghargaan kepada para atilit juara tersebut  sesaat setelah tampil sebagai juara, selain berupa sertifikat atau tanda jasa, uang pembinaan dll juga bonus berupa uang tunai, rumah/tempat tinggal, kendaraan dll yang nilainya hingga ratusan bahkan miliaran rupiah sesuai dengan tingkat prestasinya.

Namun hal ini adalah sebagai bentuk apresiasi yang sifatnya hanya sementara waktu saja. Maksudnya adalah bahwa sang atlit juara tak bisa menikmatinya hingga akhir kehidupannya.

Mengapa demikian? Sebab bentuk apresiasi atau berupa uang tunai, rumah atau kendaraan tersebut diberikan secara lumpsum  (untuk hadiah berupa uang), dan yang berupa rumah atau kendaraan, pemerintah tidak memberikan fasilitas pemeliharaan.

Oleh sebab itu, penghargaan yang berisifat lumpsum tersebut, harus dikelola sendiri oleh atlit juara yang bersangkutan agar tetap memberikan manfaat sebaik-baiknya. Namun demikian, dalam menjalani kehidupan selanjutnya, ada sebagian mantan atlit juara yang mengalami nasib kurang beruntung. Terlepas dari permasalahan apapun yang dialaminya, sebagian mantan atlit juara tersebut mengalami penderitaan dalam kemiskinan pada akhir akhir masa hidupnya.

Sebagaimana yang seringkali di dengung-dengungkan bahwa negara yang besar adalah negara yang bisa menghargai jasa para pahlawannya termasuk pahlawan olah raga, maka pemerintah harus mencari solusi untuk melindungi para mantan atlit juara tersebit, agar tak terjadi lagi kasus seorang mantan atlit juara yang menderita kemiskinan di akhir masa hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline