Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Getaran dan Tekanan Stairlift di Candi Borobudur akan Menyebabkan Keretakan Batu

Diperbarui: 18 Juni 2025   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Wisatawan yang tidak bisa mengakses zona I atau halaman Candi Borobudur lantaran ditutup pada Senin (26/5/2025). (Foto: KOMPAS.com/Egadia Birru)

Beberapa hari lalu, tepatnya 14 Juni 2025, kalangan arkeolog atau purbakalawan Indonesia memperingati Hari Purbakala ke-112. Hari Purbakala ditetapkan berdasarkan berdirinya Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie (OD) pada 14 Juni 1913. 

OD menjadi cikal bakal Dinas Purbakala yang kemudian beberapa kali berubah nomenklatur. Pada 1964 nama Dinas Purbakala diganti menjadi Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional (LPPN). Saat itu LPPN menampung banyak lulusan dari Jurusan Ilmu Purbakala dan Sejarah Kuno Indonesia.

Pada 1975 LPPN dipecah menjadi dua instansi, yaitu Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (P4N), selanjutnya menjadi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), yang bertugas di bidang penelitian arkeologi. 

Instansi satunya Direktorat Sejarah dan Purbakala (DSP), yang bertugas di bidang pembinaan dan pengembangan sejarah dan arkeologi. 

Nama DSP pernah beberapa kali berganti nama, antara lain Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM). Puslit Arkenas bergerak di bidang penelitian, sedangkan PCBM bergerak di bidang pelestarian.

Sesungguhnya di mata masyarakat awam nama arkeologi dan purbakala tidak ada perbedaan. Namun di kalangan intern, perbedaan itu terasa menonjol. Arkeologi berasal dari kata asing archaeos (purbakala) dan logos (ilmu), jadi bersifat keilmuan. 

Saat ini perguruan tinggi yang memiliki jurusan arkeologi bernaung di bawah Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. 

Sementara itu sejak 2022 Puslit Arkenas, termasuk sejumlah Balai Arkeologi di seluruh Indonesia, dilebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Instansi Purbakala sendiri sejak lama bernaung di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan. Baru pada akhir 2024 berada di bawah Kementerian Kebudayaan. Jadi arkeologi dan purbakala memiliki induk yang berbeda. 

Pekerjaannya pun berbeda. Arkeologi menyelenggarakan ekskavasi penelitian, sementara purbakala melakukan ekskavasi penyelamatan. Pekerjaan purbakala lainnya adalah memugar candi, menginventarisasi dan mendokumentasikan cagar budaya, mengeluarkan izin pengiriman barang antik, dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline