Lihat ke Halaman Asli

The Power of Love

Diperbarui: 9 Januari 2019   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senin, 7 Januari 2019.

Suatu siang yang absurd. Suasana panas terik namun gerimis membasahi bumi. Semakin absurd kala seorang teman lama mengajakku bersilaturahmi di sebuah toko busana muslimah, Jakarta Barat.  Usai shalat zuhur, kami duduk santai di barisan belakang jemaah mushola yang terdapat di lantai bawah toko tersebut.

"D, taukah kau kalau kau pernah merundungku?"

Kuangkat kacamata minusku dan mengenakannya. "Maksudnya?"

"Mmm, mem-bully-ku."

"Oiya, kapan?"

"Banyak, D. Kau dan teman-temanmu itu yang kini sudah kau tinggalkan karena akhirnya menyadari kalau kumpul bersama mereka tidak berfaedah baik. Alhamdulillah, doa-doa terbaik untukku dikabulkan oleh Alloh walaupun perlu waktu dan kesabaran."

Aku diam sejenak lalu melirik jam dinding. Kucoba mengingat beberapa peristiwa di masa lalu. Mmm, okey, sepertinya yang diucapkan perempuan bercadar di depanku ini benar. Setulus hati kuucapkan minta maaf dan lisanku pun berucap,"Maaf."

"Ya sudah, semua sudah berlalu dan bagaimana rasanya dikeluarkan dari aplikasi chat online grup, D?"

Kembali, aku terdiam. "Aplikasi chat yang mana?"

Perempuan bercadar itu menunjukkan sebuah aplikasi chat melalui telepon cerdasnya. "Yang ini..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline