Lihat ke Halaman Asli

dina nazifa adani

Universitas Airlangga

KB: Antara Kendali Penduduk atau Ancaman Kesehatan?

Diperbarui: 15 September 2025   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keluarga Berencana (KB) selalu menjadi topik hangat dalamdiskusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Di satu sisi, KB dipuji sebagai senjata utamapemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Di sisi lain, KBseringdipandang sebagai “intervensi” yang menimbulkan dampak kesehatandankontroversi budaya. Perdebatan pro dan kontra ini tidak hanya terjadi di kalanganakademisi, tetapi juga dalam percakapan sehari-hari masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa KB bukan sekadar program kesehatan, melainkan persoalankompleks yang menyentuh aspek medis, sosial, hingga moral. Dari sisi positif, manfaat KB tidak bisa dipungkiri. Dengan mengatur jarakkehamilan, KB mampu menurunkan risiko kematian ibu dan bayi. Perempuanyang menggunakan KB memiliki kesempatan lebih besar untuk memulihkankondisi tubuh sebelum kehamilan berikutnya, sehingga kualitas hidup meningkat. KB juga berkontribusi dalam menekan kasus stunting, sebab orang tua dapat fokus memenuhi kebutuhan gizi anak. Selain itu, KB mendukung pembangunanekonomi keluarga—jumlah anak yang lebih sedikit memungkinkan orangtuamemberikan pendidikan dan perhatian lebih optimal. 

Dari perspektif kesehatan masyarakat, keberhasilan KB berperan besar mengurangi beban layanan kesehatan akibat ledakan angka kelahiran. Namun, di balik sederet manfaat tersebut, muncul pula kontra yang tak bisa diabaikan. Beberapa metode kontrasepsi hormonal menimbulkan efek samping seperti kenaikan berat badan, gangguan siklus haid, atau sakit kepala berkepanjangan. Hal ini memunculkan rasa takut dan ketidaknyamanan bagi sebagian perempuan. Tidak sedikit pula yang mengaitkan KB dengan menurunnya kesuburan, meski klaim tersebut sering kali tidak memiliki bukti ilmiah kuat. Di luar aspek medis, faktor budaya dan agama menjadi penghambat besar.Sebagian masyarakat menilai pembatasan jumlah anak bertentangan dengan nilai tradisional maupun ajaranagama. Akibatnya, KB kerap dianggap sebagai ancaman terhadap kelestariankeluarga besar atau bahkan keimanan seseorang. Pro dan kontra KB pada akhirnya menunjukkan bahwa sebuah programkesehatan tidak bisa berdiri sendiri hanya dengan dasar medis. Edukasi yangmenyeluruh, komunikasi persuasif, serta pendekatan budaya yang sensitif menjadi kunci keberhasilan.

Tenaga kesehatan perlu hadir bukan hanya sebagai penyedialayanan, tetapi juga sebagai pendamping yang mampu menjawab kekhawatiranmasyarakat secara objektif. Jika dilakukan dengan pendekatan humanis, KBdapat dipahami bukan sebagai upaya “membatasi”, melainkan sebagai pilihan sadar untuk membangun keluarga sehat dan sejahtera. Kesimpulannya, KB ibarat dua sisi mata uang: menyimpan manfaat besar namun tetap menyisakan kontroversi. Masyarakat berhak mengetahui informasi lengkap mengenai risiko maupun keuntungan KB agar dapat menentukan pilihanterbaik bagi keluarganya. Dengan sinergi antara edukasi, layanan kesehatanyangberkualitas, dan penghormatan terhadap nilai budaya, KB dapat benar-benar menjadi program kesehatan masyarakat yang membawa perubahan positif, bukansekadar wacana penuh perdebatan. 

KATA KUNCI: Budaya, Keluarga Berencana, Kesehatan, Kontrasepsi, Masyarakat 

DAFTAR PUSTAKA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2022. Laporan Tahunan Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: BKKBN. World Health Organization. 2020. Family Planning/Contraception. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/family-planning- contraception[online]. (diakses tanggal 27 Agustus 2025). World Health Organization. (2020). Family Planning/Contraception. RetrievedAugust 27, 2025 Kementerian Kesehatan RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta: Kemenkes RI. United Nations Population Fund (UNFPA). (2021). Family PlanningandReproductive Health. New York: UNFPA. Cernat, A., & Mihai, A. (2020). Side effects of hormonal contraception: Apublichealth perspective. Journal of Public Health Research, 9(2), 173–180. https://doi.org/10.4081/jphr.2020.173 Bongaarts, J. (2019). Family planning programs and fertility reduction. Population and Development Review, 45(2), 259–287. https://doi.org/10.1111/padr.12287

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline