Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Ooh Lelah, Senang, Keliling 6 Panggung di Synchronize Fest 2018

Diperbarui: 8 Oktober 2018   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deredia dengan pop jadul era 40 dan 50-an (dokpri)

Aku tak kuasa menahan lelah berkeliling berbagai panggung Synchronize Festival. Akhirnya aku duduk sambil berupaya mengumpulkan energi di tengah-tengah dua panggung, panggung musik reggae dan satunya memainkan musik cadas. Wah dua aliran ini bisa juga ya didengarkan dalam satu waktu. Memang ada beragam aliran dalam festival musik ini dari dangdut, keroncong, pop, shoegaze, hingga grindcore. Komplet.

Minggu siang pukul 14 lewat beberapa menit, aku sudah tiba di kawasan Gambir Expo, Kemayoran. Antrian panjang pun tak terhindarkan menuju pintu masuk penyelenggaraan Asian Festival 2018. 

Pada hari penyelenggaraan ketiga ini aku agak bingung mana band yang mau kutonton. Yang beken-beken seperti Padi, Dewa, Iwa K, Jamrud, dan Superman is Dead baru tampil malam hari, di atas pukul 21.00. Wah besok masuk kerja nih. Jadinya hsrus puas menonton band-band yang namanya belum pernah kudengar, sekalian berkenalan dengan lagu-lagu mereka. 

Panggungnya Ada Enam dan Punya Ciri Khas
Dalam ajang Synchronize Festival 2018 terdapat enam panggung. Keenam panggung itu Dynamic Stage, Forest Stage, Lake Stage, District Stage, Gigs Stage, dan XYZ Stage. Ukuran panggung dan tempatnya agak berbeda. Panggung Dynamic dan Lake paling besar dan luas. Sedangkan panggung Gigs yang ada dalam ruangan, berkapasitas paling sedikit.

Berbekal peta dan jadwal aku pun menjelajah tiap panggung. Aku buta sama sekali dengan para penampilnya sehingga serasa mendapat kejutan ketika menjumpai tiap penampilnya.

Tiap musisi rata-rata mendapat jatah 45 menit. Oleh karena waktu tampilnya kadang-kadang hampir bersamaan maka aku biasanya menonton 3-4 lagu baru kemudian pindah ke panggung lain. Alhasil hingga pukul 17.30 aku sudah menonton belasan musisi dari beragam genre. Wuihhh banyak juga ya. Hasilnya lelah tapi senang. Berolah raga sambil mendengarkan musik. Siapa tahu bikin awet muda.

Musik di Panggung Gigs yang Beda
Aku menonton tiga penampil di panggung ini. Genrenya jenis yang jarang pemainnya. Musik pertama bernuansa elektronika chill out dari Logic Lost. Mereka memainkan emosi penonton lewat musik dan vokal Dylan Amirio serta permainan layar. Penampil berikutnya di panggung mungil ini adalah pengusung musik hardcore yakni Something Wrong dan TARKAMM. Ruangan berkapasitas mungil itu pun penuh sesak. Aku melihat beberapa penonton melakukan head banging, moshing. Aku pun minggir ke tepi. Ketika penonton semakin panas, aku pun pindah ke panggung lainnya.

Panggung District Stage dengan Keroncong dan Lagu Pop Jadul
District Stage ini menampilkan genre yang unik. Genre pop jadul serta keroncong dan musik etnik. Kemeriahan dimulai dengan penampilan lincah para none manis Nonaria. Musik era 40 dan 50-an kemudian tampil menghibur lewat Deredia. Vokalisnya tampil lincah dan centil. Aku suka melihatnya seperti menonton film-filn lama.

Penampil berikutnya adalah musisi senior yang membuka acara lewat Keroncong Kemayoran. Ubiet & Kroncong Tenggara menyajikan musik yang unik dan bernuansa etnik.

Panggung Lainnya Juga Tak Kalah Semarak
Dynamic Stage menampilkan band dengan nama yang lebih populer. Setelah Endah n Rheda Extended dengan tembang-tembang manis romantis, ada penampilan bergenre jazz oleh Candra Darusman & Friends. Ada Indah dan Angga, dari Maliq d'Essential ikut bernyanyi bersama mereka.

Panggung Lake setelah diisi tembang rock kemudian diisi oleh band bernuansa reggae, Joni Agung & Double T. Waktu itu aku lagi rehat jadinya menonton sambil duduk lesehan kelelahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline