Saya ini ya, Bu, Pak, kalau dengar kabar ada 1.315 anak keracunan gara-gara program Makan Bergizi Gratis (MBG), rasanya dada langsung sesak. Bayangkan, anak-anak yang seharusnya pulang sekolah dengan tawa, malah pulang dengan wajah pucat, mual, bahkan harus ke rumah sakit. Lah, ini kan makan siang gratis, bukan "uji nyali perut"!
Dan setelah keluar hasil investigasi dari Tim Independen Badan Gizi Nasional (BGN), ternyata biang keroknya bukan bakteri jahat, bukan pestisida, bukan logam berat, tapi nitrit---zat yang sering kita anggap remeh, padahal bisa jadi bahaya laten. Nih ya, kalau ibu-ibu dengar "nitrit" mungkin bayangannya kayak bahan kimia di lab sekolah yang bau menyengat. Padahal, nitrit ini bisa ada di sayur, buah, sampai daging olahan. Jadi, jangan kira karena bentuknya alami lantas aman seratus persen.
Apa Sih Nitrit Itu?
Jadi gini, biar gampang dipahami. Nitrit itu turunan dari nitrogen. Dalam jumlah kecil, tubuh kita juga bisa bikin sendiri nitrit lewat metabolisme. Bahkan manfaatnya ada: bisa bantu melancarkan aliran darah. Tapi, ibarat bumbu masakan, kalau kebanyakan, bukannya enak malah bikin eneg.
Nitrit yang berlebihan bisa berubah jadi nitrosamin---ini loh zat yang sifatnya karsinogenik alias bisa memicu kanker. Selain itu, nitrit bisa bikin darah kita susah mengikat oksigen. Kalau sudah begitu, tubuh anak-anak jadi kayak kehabisan "tabung oksigen" padahal lagi duduk manis di kelas.
Masalahnya, nitrit ini nggak bisa dilihat mata telanjang. Dia nggak berwarna, nggak berbau, nggak berasa. Lah, gimana kita bisa tahu makanan itu aman atau nggak? Jawabannya: ya nggak bisa, kecuali dites di laboratorium. Nah, itu kan yang bikin kita sebagai orang tua deg-degan.
Dari Lotek ke Sosis, Nitrit Bisa Nongol di Mana-Mana
Hasil investigasi BGN menemukan nitrit tinggi di buah melon dan lotek. Saya sampai tepok jidat. Melon? Lotek? Makanan yang selama ini kita anggap sehat dan "aman-aman aja" ternyata bisa jadi jebakan batman buat anak-anak.
Kalau daging olahan macam sosis, nugget, atau kornet, kita sudah maklum ada tambahan nitrit buat pengawet dan bikin warnanya merah segar. Tapi sayuran? Apalagi yang sudah lama disimpan atau kena kondisi lembap, nitrat di dalamnya bisa berubah jadi nitrit. Jadi, bukan sekadar salah satu bahan, tapi cara penyimpanan dan pengolahannya juga punya andil besar.
Bayangkan anak-anak makan lotek di sekolah. Bumbu kacangnya enak, segar, pedasnya pas. Eh, ternyata nitritnya selangit. Jadi, anak-anak bukan makan sehat, tapi malah "menabung bahaya."
Mengapa Kasus Ini Bikin Ibu-Ibu Emosi
Saya ini sering dibilang bawel, suka protes. Tapi coba pikir, program Makan Bergizi Gratis itu kan niatnya mulia. Pemerintah ingin anak-anak nggak belajar dengan perut kosong. Tapi kalau eksekusinya berujung keracunan massal, siapa yang bisa tenang?
Anak-anak itu kan bukan kelinci percobaan. Mereka punya hak dapat makanan sehat, bukan makanan gratis tapi bikin masuk UGD.