Ada hal-hal yang tak sempat kita pahami saat masih bersama.
Seperti bagaimana diam bisa lebih nyaring daripada kata,
atau bagaimana tawa yang sederhana bisa menjadi nyawa dari sebuah rumah.
Ayah, aku masih mengingat setiap subuh yang kita bagi.
Kau duduk di kursi kayu, dengan kopi yang mengepul pelan,
sementara aku menghitung bayanganmu di dinding.
Di situ, waktu terasa lunak---
seolah semesta berhenti sebentar agar kita bisa saling memahami tanpa bicara.
Kau bukan orang yang pandai berkata lembut,
tapi aku tahu kasihmu bersembunyi di balik cara dunia mengeraskanmu.