Lihat ke Halaman Asli

Devi Tarigan

Mahasiswa

SDM Unggul sebagai Kunci Kemajuan Bangsa: Antara Tantangan dan Peluang di Era Modern

Diperbarui: 19 Mei 2025   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah fondasi utama bagi kemajuan suatu bangsa. Di tengah era globalisasi dan revolusi industri , kekuatan sebuah negara tidak lagi hanya diukur dari kekayaan alam atau letak geografis, melainkan dari kualitas manusianya. Negara yang memiliki SDM unggul akan lebih mampu bersaing dalam berbagai sektor, mulai dari teknologi, ekonomi kreatif, hingga diplomasi internasional. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki potensi besar untuk tumbuh dan berkembang, jika mampu mengelola serta meningkatkan kualitas SDM-nya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) https://www.bps.go.id/id/pressrelease/2023/11/15/2033/indeks-pembangunan-manusia, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2023 mencapai 74,39, naik 0,84 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan sinyal positif, namun belum cukup untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Dalam konteks ini, SDM unggul harus dipahami bukan sekadar memiliki ijazah tinggi, melainkan mencakup kemampuan berpikir kritis, adaptasi teknologi, etika kerja, serta jiwa kepemimpinan yang kuat.

Tantangan dalam Membangun SDM Unggul

Membangun SDM yang unggul menghadapi berbagai tantangan struktural dan kultural. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan akses dan kualitas pendidikan antarwilayah. Di banyak daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), infrastruktur pendidikan masih sangat minim. Fasilitas yang tidak memadai, keterbatasan tenaga pengajar berkualitas, serta rendahnya pemerataan teknologi pendidikan membuat siswa di wilayah tersebut sulit mendapatkan pembelajaran yang optimal. Akibatnya, muncul kesenjangan kualitas SDM antara pusat dan daerah, yang berdampak pada kesempatan kerja dan mobilitas sosial.

Tantangan lainnya adalah belum sinerginya dunia pendidikan dan dunia industri. Banyak lulusan pendidikan tinggi yang belum siap menghadapi tuntutan dunia kerja karena kurikulum pendidikan belum cukup membekali keterampilan praktis seperti kemampuan digital, manajemen waktu, kepemimpinan, dan pemecahan masalah. Hal ini menyebabkan munculnya fenomena "skill mismatch", yaitu ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dengan kebutuhan pasar kerja.

Kultur kerja yang masih lemah juga menjadi tantangan tersendiri. Budaya disiplin, kerja keras, inovatif, dan kolaboratif belum menjadi kebiasaan utama di sebagian besar lingkungan kerja. Banyak institusi dan organisasi belum mendorong pembelajaran berkelanjutan bagi pegawainya. Akibatnya, kemampuan adaptasi terhadap perkembangan zaman menjadi lambat, terutama dalam menghadapi disrupsi teknologi. Di sisi lain, transformasi digital yang masif juga menghadirkan tantangan baru. Banyak tenaga kerja yang belum memiliki literasi digital dasar, sehingga sulit bersaing di era otomatisasi. Kurangnya pelatihan dan akses terhadap teknologi digital membuat sebagian besar angkatan kerja terjebak dalam pekerjaan konvensional yang lambat laun tergantikan oleh mesin dan kecerdasan buatan.

Tantangan berikutnya adalah rendahnya investasi terhadap pengembangan SDM dari sektor swasta. Masih banyak perusahaan yang hanya memanfaatkan tenaga kerja tanpa memberi ruang untuk pengembangan kompetensi, seperti pelatihan berkelanjutan atau program mentoring. Padahal, peningkatan kualitas SDM tidak hanya tanggung jawab negara, tetapi juga seluruh sektor, termasuk dunia usaha.

Peluang Pengembangan SDM di Era Modern

Meski tantangannya besar, era modern juga membuka peluang luas bagi pengembangan SDM Indonesia. Teknologi digital telah mempermudah akses pendidikan dan pelatihan keterampilan. Platform belajar daring seperti massive open online course (MOOC), webinar, dan pelatihan berbasis aplikasi memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk meningkatkan kompetensi, kapan pun dan di mana pun. Fleksibilitas ini sangat membantu generasi muda maupun pekerja aktif dalam menghadapi perubahan dinamika pekerjaan.

Selain itu, bonus demografi yang dimiliki Indonesia hingga tahun 2030 menjadi peluang besar. Jumlah penduduk usia produktif yang tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara signifikan jika diberdayakan secara optimal. Dengan strategi yang tepat, bonus ini bisa menjadi kekuatan utama pembangunan nasional. Namun tentu saja, hal ini membutuhkan kebijakan yang berpihak pada pendidikan vokasional, penciptaan lapangan kerja, serta pelatihan berbasis industri.

Pemerintah juga mulai gencar menciptakan program-program peningkatan kapasitas SDM, seperti Kartu Prakerja, pelatihan UMKM berbasis digital, dan dukungan terhadap ekonomi kreatif. Program-program ini menjadi jembatan untuk meningkatkan keterampilan kerja dan mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha baru di kalangan anak muda. Hal ini memperluas lapangan kerja dan memperkuat daya saing nasional. Di sektor pendidikan, implementasi Kurikulum Merdeka memberi peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi secara lebih fleksibel dan kontekstual. Kurikulum ini mendorong pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi, yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja modern. Jika diterapkan secara konsisten dan disertai pelatihan guru yang memadai, pendekatan ini bisa melahirkan generasi yang lebih adaptif dan inovatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline