Lihat ke Halaman Asli

Denies Ardiana

Mahasiswa Jurusan Teknologi Rekayasa Elektro-medis/Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Kenapa Soft Skills Sama Pentingnya dengan Hard Skills bagi Elektromedis?

Diperbarui: 27 September 2025   14:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Profesi elektromedis sering dipandang hanya dari sisi teknis, seolah-olah tugas mereka sebatas memperbaiki, merawat, dan mengkalibrasi alat kesehatan. Padahal kenyataannya, pekerjaan ini jauh lebih kompleks. Elektromedis memang harus memiliki hard skills yang kuat, seperti pemahaman mendalam tentang teknologi medis dan kemampuan teknis dalam menangani peralatan. Namun, itu saja tidak cukup. Ada keterampilan lain yang tidak kalah penting, yaitu soft skills, yang sering kali justru menentukan keberhasilan seorang elektromedis dalam menjalankan tugasnya.

Soft skills mencakup kemampuan mengelola diri, berkomunikasi dengan orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang terus berubah. Dalam kehidupan sehari-hari di rumah sakit, seorang elektromedis tidak hanya berhadapan dengan mesin, tetapi juga dengan dokter, perawat, pasien, bahkan pihak manajemen dan vendor alat kesehatan. Situasi inilah yang menuntut mereka untuk memiliki keterampilan non-teknis yang baik.

Kemampuan intrapersonal, misalnya, sangat dibutuhkan untuk menjaga ketelitian dan tanggung jawab. Saat mengerjakan kalibrasi alat, kesalahan sekecil apa pun bisa berdampak langsung pada keselamatan pasien. Karena itu, elektromedis dituntut untuk disiplin, sabar, dan mampu mengatur waktu dengan baik. Integritas juga menjadi hal utama, sebab laporan yang tidak jujur mengenai kondisi alat bisa membahayakan banyak orang.

Selain itu, ada pula kemampuan interpersonal yang sangat berperan dalam keseharian. Elektromedis perlu menjelaskan kondisi alat dengan bahasa yang mudah dipahami oleh tenaga medis lain, yang mungkin tidak memiliki latar belakang teknis. Mereka juga harus siap bekerja sama dengan tim kesehatan, mendengarkan keluhan pengguna alat, dan memberikan solusi yang tepat. Komunikasi yang baik tidak hanya memudahkan pekerjaan, tetapi juga membangun kepercayaan dengan tim medis lainnya.

Tidak kalah penting adalah keterampilan ekstrapersonal, yaitu kemampuan menghadapi perubahan dan tantangan yang lebih luas. Dunia kesehatan terus berkembang, alat-alat baru bermunculan, dan situasi darurat bisa terjadi kapan saja. Elektromedis harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi baru, mengambil keputusan tepat saat terjadi kerusakan mendadak, bahkan memimpin tim kecil untuk memastikan pelayanan kesehatan tetap berjalan. Di sinilah kecerdasan dalam mengelola risiko dan keselamatan pasien benar-benar diuji.

Semua ini menunjukkan bahwa soft skills memiliki peran yang sama pentingnya dengan hard skills. Keahlian teknis memang membuat seorang elektromedis mampu bekerja dengan alat, tetapi soft skills-lah yang memastikan pekerjaan tersebut memberi manfaat nyata bagi pasien dan rumah sakit. Tanpa kemampuan komunikasi, kerja sama, dan pengelolaan diri, keterampilan teknis bisa kehilangan nilai, bahkan berpotensi membahayakan.

Pada akhirnya, elektromedis yang ideal bukan hanya mereka yang handal memperbaiki mesin, tetapi juga yang mampu berinteraksi dengan baik, menjaga integritas, dan beradaptasi dengan setiap perubahan. Dengan perpaduan hard skills dan soft skills, seorang elektromedis dapat memberikan kontribusi terbaik bagi mutu pelayanan kesehatan dan, yang terpenting, keselamatan pasien.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline