Lihat ke Halaman Asli

Optimalisasi Peran Kader Dalam Pencegahan Stroke Berulang Melalui Pelatihan Keterampilan Edukasi dan Skrining Faktor Risiko

Diperbarui: 17 Juli 2025   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa prevalensi stroke mencapai 10,9 per 1000 penduduk, dengan angka kejadian paling tinggi berada di usia di atas 45 tahun. Mirisnya, banyak kasus stroke berulang terjadi akibat minimnya edukasi dan kurangnya kontrol terhadap faktor risiko, seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, serta kurang aktivitas fisik.

Masalah utama yang dihadapi saat ini adalah kurangnya tenaga kesehatan di lini primer untuk melakukan pemantauan jangka panjang terhadap pasien stroke, terutama setelah pasien kembali ke masyarakat. Keluarga sering kali merasa bingung dalam melakukan perawatan dan pencegahan agar stroke tidak berulang. Dalam konteks ini, peran kader kesehatan menjadi sangat penting sebagai ujung tombak pelayanan promotif dan preventif di masyarakat.

Kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang dilatih untuk membantu tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan dasar, khususnya dalam hal edukasi, penyuluhan, serta pemantauan kondisi masyarakat. Namun, sebagian besar kader saat ini belum dibekali dengan keterampilan spesifik terkait edukasi manajemen diri bagi pasien stroke dan skrining faktor risiko secara rutin.

Pelatihan keterampilan edukasi dan skrining bagi kader dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi masalah ini. Dengan pelatihan yang tepat, kader tidak hanya dapat membantu mengenali gejala awal stroke, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat, kepatuhan minum obat, manajemen stres, serta perlunya memantau tekanan darah dan gula darah secara berkala. Selain itu, kader juga dapat dilatih melakukan skrining sederhana dengan alat tensimeter, pengukuran indeks massa tubuh, serta wawancara gejala untuk mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi.

Pelatihan ini dapat dikembangkan dalam bentuk workshop rutin, modul interaktif, serta simulasi edukasi kepada keluarga pasien. Materi yang disampaikan mencakup pemahaman stroke, faktor risiko, tanda-tanda serangan berulang, serta teknik komunikasi efektif saat memberikan edukasi. Kegiatan ini juga dapat diselaraskan dengan program posyandu lansia atau posbindu PTM (Penyakit Tidak Menular) yang sudah berjalan di banyak desa.

Contoh kronologi kasus di lapangan, seorang ibu rumah tangga yang mengalami stroke ringan berhasil pulih dan kembali ke rumah, namun tidak mendapatkan edukasi lanjut tentang kontrol tekanan darah. Akibatnya, dalam enam bulan, beliau kembali mengalami stroke kedua yang lebih berat dan menyebabkan kelumpuhan. Jika kader kesehatan setempat telah dibekali kemampuan skrining dan edukasi mandiri, kasus seperti ini mungkin bisa dicegah.

Keterlibatan kader dalam edukasi dan skrining ini tidak hanya menurunkan risiko stroke berulang, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pencegahan. Selain itu, kader menjadi penghubung penting antara pasien, keluarga, dan fasilitas kesehatan. Hal ini juga mengurangi beban tenaga kesehatan di puskesmas dan rumah sakit yang sering kewalahan menangani kasus stroke secara berulang.

Optimalisasi peran kader kesehatan dalam pencegahan stroke berulang adalah bentuk nyata pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kesehatan secara mandiri. Melalui pelatihan keterampilan edukasi dan skrining faktor risiko, kader mampu menjadi agen perubahan yang mampu mendampingi pasien stroke dan keluarganya secara berkelanjutan.

Sudah saatnya strategi pencegahan penyakit tidak menular seperti stroke lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, bukan hanya kuratif. Dan kader kesehatan, sebagai bagian dari masyarakat, adalah mitra strategis yang perlu terus diperkuat kapasitasnya demi mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dan sadar akan risiko stroke berulang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline