Lihat ke Halaman Asli

Gambuh = Kaluarga Imbuh = Keluarga Bertambah

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gambuh kependekan dari Keluarga Imbuh, bagian dari nama sebuah tembang Jawa. Ketika seseorang sudah Ndhandhanggula, maka segera mengandung, melahirkan, hingga bertambahlah anggota keluarga. Tembang Gambuh ini mengingatkan, bahwa seseorang, bertemu pasangannya, mendapatkan keturunan, maka bertambahlah anggota keluarganya. Apabila sudah punya anak, seorang perempuan dipanggil Ibu/Sibu, dan seorang lelaki dipanggil Bapak/Ayah/Pake. Ibu, ikhlas tumekaning kalbu; Sibu = sihing kalbu, mencintai sepenuh kalbu; sihing tumekaning lebu, walaupun sampai kembali menjadi debu, sang ibu tetap penuh kasih cinta. Bapak, Bagiane Pakaryan tumrape kaluwarga; Saiba Cumepak = mampu menyediakan apa pun keperluan keluarga, diminta maupun tidak. Opo-opo sarwo cumepak/dicepakke, disediakan. Di sinilah, seorang dengan lainnya saling melengkapi penuh dengan cinta kasih. (Cinta philia) apabila ditinjau dari pandangan bangsa lain. Mencintai penuh kasih antara anggota keluarga.

Bagaimanakah sikap seseorang apabila sudah mendapatkan imbuh keluarga, tambahan keluarga?

Seorang Ibu tentunya akan mengasuh anaknya penuh dengan kasih sayang setulusnya.

Seorang Bapak harus sanggup memimpin sebagai wali, imam, mengayomi, menyediakan apa pun yang diperlukan isteri dan anaknya.

Sebagai anak, harus mbangun miturut terhadap aturan main Ibu Bapaknya. Tentu terhadap Ibu dan Bapak yang benar, karena selama ini terdapat Ibu dan Bapak yang tidak benar.

Anak akan mencontoh, menirukan apa pun yang dilakukan, dikerjakan, diucapkan Ibu Bapaknya. Anak akan mengikuti apa pun yang kedua orangtuanya ajarkan dengan baik. Anak akan menjadi sangat cerdas ketika kedua orangtuanya tidak mengenal waktu membagikan pengalaman hidup mereka pada buah hati.

Sejak di kandungan, sang anak sudah terbentuk dengan karakter sang Ibu, begitu lahir anak sudah langsung mengenali susu Ibu. Seorang anak sebagian besar akan sangat dekat secara emosional terhadap sang Ibu karena frekuensi pertemuan lebih banyak daripada sang Ayah. Tapi kehadiran dan keberadaan seorang Ayah sebagai wali dan Imam membuat seorang anak akan mendapatkan keberimbangan.

Orangtua dan anak akan semakin harmonis apabila kasih cinta tulus ini dibangun sejak awal. Kelembutan dan perhatian sungguh-sungguh antara seorang dengan lainnya akan menumbuhkan kekuatan hidup. Setiap keluarga sejahtera akan membentuk suatu kekuatan baru dalam berkomunitas dan bersosial Negara. Jika tiap keluarga sejahtera maka Negara dan bangsa otomatis menjadi kuat, sejahtera, damai dan sentosa.

Kesadaran kerukunan sejak dini, bermula dari proses pembelajaran dan pegangan hidup melalui Tembang Jawa bagian Gambuh ini sebagai dasar, tiang pancang utama bagaimana kebesaran Majapahit, Sriwijaya dan kerajaan besar Nusantara ini pernah ada. Bahkan yang paling menyedihkan, orang-orang Indonesia, anak-anak nusantara ini banyak yang tidak sadar, belum tahu, kalau pemimpin dunia ini sebetulnya manusia Jawa. Ingin tahu lebih detail boleh komunikasi langsung dengan saya. Bahkan di tiap Negara dunia ini… para pemimpinnya ada manusia jawanya. Anda sudah tahu? Jangan terkejut bila belum tahu, tapi kalau sudah tahu, suatu kewajiban memberitahu siapa saja, bahwa pemimpin dunia ini benar-benar Manusia Jawa.

Kampungasem, Maret 2010 Sabtu 6, 5:09 AM

Buanergis Muryono, narasumber : Simbahku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline