Belakangan ini, kata "investasi" jadi topik yang makin sering muncul di mana-mana. Dari obrolan tongkrongan, grup WhatsApp kantor, sampai timeline media sosial semuanya bicara soal saham, reksa dana, atau kripto. Bahkan sekarang, investasi bisa dilakukan cuma lewat ponsel, tinggal klik-klik di aplikasi. Tapi, di balik tren itu, banyak juga kisah yang nggak seindah postingan Instagram. Ada yang baru mulai investasi, eh uangnya nyangkut. Ada juga yang ikut-ikutan teman, ujung-ujungnya rugi.
Faktanya, setiap investasi punya risiko. Apalagi untuk investor pemula yang baru belajar. Nah, biar kamu nggak salah langkah, yuk bahas 5 risiko utama yang paling sering dialami pemula.
1. Ikut Tren Tanpa Paham
"Katanya saham ini lagi naik!"
Kalimat-kalimat seperti ini sering jadi alasan orang membeli aset. Padahal, ikut tren tanpa riset adalah kesalahan klasik yang bikin banyak investor pemula keok di awal.
Biasanya, tren muncul karena banyak orang sedang membeli aset tersebut, jadi harganya naik. Tapi begitu hype-nya mereda, harga bisa anjlok dalam waktu singkat. Kalau kamu masuk di puncak, siap-siap mental dan saldo ikut turun.
Tips: Jangan beli karena ramai. Beli karena kamu paham bisnis atau asetnya. Belajar dulu sebelum menaruh uang. Karena dalam investasi, yang paling berbahaya bukan pasar yang turun --- tapi kamu yang nggak tahu apa yang sedang kamu lakukan.
2. Antara Serakah dan Panik
Ini dia musuh terbesar investor, yaitu emosi diri sendiri. Ketika harga naik, muncul rasa serakah. Ketika harga turun, muncul rasa takut. Akhirnya, keputusan diambil bukan karena logika, tapi karena panik.
Investor pemula sering kali membeli di harga tinggi karena takut ketinggalan (FOMO). Serta menjual di harga rendahkarena panik rugi (FUD).
Padahal, seharusnya kebalik. Beli saat harga murah, jual saat harga tinggi.