Lihat ke Halaman Asli

beniqno septian rianto

Mahasiswa Universitas Jember

Jaranan: Seni yang Masih Trend Di Kota Kalibaru

Diperbarui: 15 Juni 2025   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Letak Kota Kalibaru

Sebagai warga Kalibaru, saya selalu merasakan kebanggaan mendalam terhadap kampung halaman saya ini. Kami berlokasi di bagian paling barat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, langsung berbatasan dengan Jember. Ciri khas daerah kami adalah bentang alam perbukitan yang hijau dan udara yang selalu sejuk menyelimuti. Saya bisa merasakan semilir angin dari lereng Gunung Raung, dan aliran sungai-sungai seperti Kalibaru Manis menambah keasrian pemandangan yang terhampar di sekitar kami. Ketinggian Kalibaru sekitar 428 meter di atas permukaan laut ini benar-benar menciptakan suasana yang damai dan menyejukkan. Di tengah anugerah alam yang begitu indah ini, ada satu warisan budaya yang tak pernah kami lupakan, justru kami jaga erat: seni pertunjukan Jaranan.

Bagi kami, Jaranan---yang mungkin Anda kenal dengan sebutan Kuda Lumping---bukanlah sekadar tarian biasa. Ia adalah sebuah tarian dinamis yang melibatkan penari di atas replika kuda yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit. Di Kalibaru, Jaranan telah menjadi bagian integral dari jalinan kehidupan sosial dan spiritual kami. Lebih dari sekadar hiburan, ia adalah sebuah tradisi yang mendarah daging dalam keseharian.

Menyelami Akar Sejarah dan Makna Filosofis Jaranan Kalibaru

Saya percaya, sejarah Jaranan di Kalibaru tak bisa dilepaskan dari sentuhan budaya Jawa dan nuansa mistis yang sangat kental, sebuah warisan abadi dari para leluhur kami. Kami sering mendengar kisah bahwa Jaranan dulunya adalah cerminan dari semangat kepahlawanan dan perjuangan, dengan kuda sebagai lambang kegagahan dan kekuatan. Setiap gerakan dalam tarian ini sering kali menggambarkan adegan pertempuran heroik atau ritual sakral yang bertujuan memohon kesuburan serta keselamatan bagi seluruh wilayah Kalibaru.

Lebih dari sekadar memukau pandangan, Jaranan juga menyimpan filosofi mendalam yang senantiasa kami pahami. Kuda lumping itu sendiri diibaratkan sebagai simbol nafsu duniawi yang harus selalu kami kendalikan. Melalui setiap ritual dan pementasannya, kami berharap---dan juga para penonton---dapat merenung, belajar menundukkan keinginan duniawi, dan akhirnya menemukan kedamaian batin. Ini adalah pengingat berharga yang selalu menyertai langkah kami dalam menjalani hidup di Kalibaru.

Keunikan dan Atraksi Jaranan Kalibaru

Setiap kali ada pementasan Jaranan di desa kami, saya selalu menyaksikan bahwa semua diawali dengan prosesi sesaji dan ritual khusus untuk memohon kelancaran dan perlindungan. Para penari, yang sebagian besar adalah kaum pria, tampil dengan balutan kostum tradisional khas, riasan wajah yang mencolok, dan aksesori gemerlap---persiapan mereka selalu terlihat penuh dedikasi.

Bagi saya, musik pengiring adalah denyut nadi dari Jaranan. Alunan gamelan yang energik---mulai dari gong, saron, hingga kendang---kadang diperkaya dengan suara terompet atau suling, menciptakan atmosfer yang begitu magis. Irama musik yang menghentak ini sering membawa para penari ke dalam kondisi trans atau kerasukan. Momen inilah yang paling dinanti dan sekaligus paling membuat kami terpukau.

Puncaknya, para penari yang sedang kerasukan akan menunjukkan atraksi-atraksi yang terkadang membuat kami sulit memercayainya:

  • Mengunyah Kaca: Saya sendiri pernah melihat mereka mengunyah pecahan kaca tanpa sedikit pun terluka.
  • Kekebalan Tubuh: Mereka memperlihatkan ketahanan fisik luar biasa terhadap benda-benda tajam.
  • Mengupas Kelapa dengan Gigi: Atau aksi-aksi lain yang melampaui kemampuan manusia biasa.

Bagi kami, atraksi-atraksi ini bukan sekadar unjuk kekuatan. Kami sangat meyakini bahwa ini adalah manifestasi energi spiritual yang merasuki raga penari. Setelah semua aksi selesai, seorang pawang atau 'dhukun' akan membantu para penari untuk "kembali" ke kesadaran normal mereka, dan kami pun merasa lega melihat mereka kembali pulih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline