Lihat ke Halaman Asli

Siapa yang Kaya dari Rokok, dan Siapa yang Menderita?

Diperbarui: 11 September 2025   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Pinterest (https://pin.it/btvGKyXI7)

Siapa yang Kaya dari Rokok, dan Siapa yang Menderita?

Rokok di Indonesia bukan sekadar barang konsumsi, melainkan fenomena sosial, ekonomi, bahkan kultural. Ia hadir di warung-warung kecil, di perbincangan santai, hingga menjadi bagian dari ritual sosial. Namun, di balik asap yang mengepul, tersembunyi pertanyaan mendasar: siapa sebenarnya yang diuntungkan dari industri rokok ini, dan siapa yang paling menanggung deritanya?

Realitas Angka Perokok Aktif di Indonesia

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan WHO, jumlah perokok di Indonesia mencapai lebih dari 60 juta orang, menjadikan Indonesia salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Lebih dari 30% penduduk dewasa adalah perokok aktif.

Jika dibandingkan dengan jumlah total penduduk Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa, maka artinya sekitar 1 dari 3 orang dewasa memilih untuk merokok.

Di sisi lain, lebih dari 70% orang Indonesia sebenarnya tidak merokok. Namun, mereka tetap tidak sepenuhnya bebas dari ancaman. Karena tingginya angka perokok aktif, kelompok mayoritas non-perokok ini tetap terpapar asap di ruang publik, di transportasi, bahkan di rumah sendiri jika anggota keluarganya perokok.

Inilah ironi terbesar: meski perokok adalah minoritas secara keseluruhan, dampak perilaku mereka meluas hingga mencemari kehidupan mayoritas non-perokok.

Lebih ironis lagi, prevalensi perokok anak dan remaja terus meningkat. Data Survei Global Youth Tobacco (GYTS) menunjukkan bahwa jutaan anak berusia 13-15 tahun sudah terbiasa dengan rokok. Dengan kata lain, di saat sebagian besar masyarakat berjuang menjaga kesehatan tanpa rokok, generasi muda justru diarahkan masuk ke dalam lingkaran adiksi baru.

Angka-angka ini bukan hanya statistik, melainkan realitas sosial yang menyedihkan: kita hidup di tengah masyarakat di mana asap rokok menjadi bagian dari udara sehari-hari. Non-perokok, termasuk penderita penyakit pernapasan seperti rhinitis alergi atau asma, dipaksa beradaptasi dan kehilangan hak dasarnya untuk bernapas dengan sehat.

Dampak Rokok terhadap Ekonomi Negara

Secara ekonomi, rokok menyumbang pendapatan negara lewat cukai yang tidak kecil. Tahun 2023, penerimaan cukai hasil tembakau mencapai ratusan triliun rupiah. Namun, angka ini harus dibandingkan dengan biaya kesehatan akibat penyakit terkait rokok. Kanker paru, penyakit jantung, stroke, bronkitis kronis, dan berbagai gangguan pernapasan menelan biaya pengobatan yang jauh lebih besar dari pemasukan cukai. Negara tampak diuntungkan secara kasat mata, tetapi sesungguhnya menanggung kerugian jangka panjang.

Pihak yang Diuntungkan

Dari kacamata ekonomi kapitalis, pihak yang paling diuntungkan jelas adalah industri rokok. Perusahaan multinasional maupun lokal meraup laba besar dari konsumsi masif masyarakat. Logika kapitalisme mendorong mereka untuk terus memperluas pasar, membentuk kebiasaan konsumsi sejak dini, bahkan mengemas rokok sebagai bagian dari gaya hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline