Simalungun, 28 Agustus 2025 -- Suasana kelas 6 SD Negeri 095131 Bandar Malela pagi itu terasa berbeda. Anak-anak duduk rapi dengan wajah penasaran, menunggu Mahasiswa KKN yang akan memimpin sesi istimewa hari itu. Dialah Asmar Sholeh, mahasiswa semester 7 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, sekaligus Ketua Divisi Pendidikan dan Keagamaan kelompok KKN, yang hadir membawa agenda penting bertajuk "Menumbuhkan Kepedulian Terhadap Kebersihan dan Mencegah Tindakan Bullying untuk Mewujudkan Generasi Sehat dan Berkarakter."
Kegiatan ini lahir dari keprihatinan mahasiswa KKN setelah mengamati kondisi sosial di sekolah. Di balik keceriaan anak-anak, masih kerap muncul pertengkaran kecil, ejekan, celaan, bahkan pengucilan terhadap beberapa siswa. Situasi ini, jika dibiarkan, bisa merusak suasana belajar dan memberi dampak buruk pada perkembangan psikologis anak. Pertanyaannya, apa jadinya bila bullying dianggap wajar dan terus terjadi di usia sekolah dasar? Tidak hanya meruntuhkan rasa percaya diri, tapi juga berpotensi meninggalkan luka batin hingga dewasa.
Dengan gaya komunikatif yang sederhana, Asmar menjelaskan bahwa bullying memiliki tiga bentuk: verbal, fisik, dan sosial. Ia mencontohkan bagaimana ejekan bisa melukai hati, bagaimana dorongan kecil bisa melukai fisik, dan bagaimana pengucilan bisa melukai perasaan. Untuk membuat anak-anak benar-benar memahami, ia mengajak mereka merasakan seolah berada di posisi korban. Sontak suasana hening, beberapa anak mulai menyadari bahwa "canda" mereka bisa jadi menyakitkan. Bukankah itu cara paling efektif untuk mengajarkan empati?
Tidak berhenti di situ, Asmar juga menekankan pentingnya kebersihan. Menurutnya, tubuh dan lingkungan yang bersih bukan sekadar soal penampilan, tetapi fondasi kesehatan dan semangat belajar. "Kalau kelas kotor, berdebu, dan bau sampah, siapa yang bisa nyaman belajar?" tanyanya yang disambut anggukan polos para siswa. Mahasiswa KKN pun mengajak siswa melakukan aksi kecil: merapikan meja, menyapu lantai, dan membuang sampah pada tempatnya. Aksi sederhana ini memberi pesan bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab bersama, bukan tugas seorang petugas kebersihan semata.
Momen paling menyentuh justru muncul saat Asmar menengahi kasus nyata di kelas. Seorang siswi bernama L A mengaku sering diejek dan dikucilkan teman-temannya. Ternyata, penyebabnya adalah kecemburuan dan miskomunikasi kecil yang dibiarkan berlarut-larut. Dengan penuh kesabaran, Asmar mempertemukan kedua pihak, mendengarkan alasan mereka, lalu mengajak berdialog. "Kalian tidak perlu jadi musuh hanya karena perbedaan kecil. Setiap orang punya kelebihan, dan saling merendahkan hanya membuat kita semua rugi," ucapnya tegas namun hangat. Hasilnya? Mereka sepakat berdamai, saling meminta maaf, dan berjanji memperbaiki sikap. Dari kejadian ini, seluruh kelas belajar bahwa konflik bisa diselesaikan tanpa kekerasan, cukup dengan komunikasi dan hati yang terbuka.
Partisipan Sosialisasi Anti Bullying yang diadakan oleh Mahasiswa KKN Sumber: Divisi PDD Kelompok KKN
Respon dari siswa dan guru begitu positif. Anak-anak terlihat lebih aktif bertanya, berbagi pengalaman, bahkan masih mendekati Asmar setelah kegiatan selesai untuk berdiskusi lebih lanjut. Guru kelas 6 menilai kegiatan ini sebagai salah satu momen penting yang mengubah dinamika kelas secara nyata. Evaluasi pun menunjukkan keberhasilan program dengan bukti nyata tindakan mengejek yang kian berkurang, kebersihan kelas lebih terjaga serta suasana belajar terasa lebih harmonis. Satu pertanyaan besar kini menggantung: apakah kesadaran ini bisa terus bertahan setelah program KKN usai?
Kegiatan ini membuktikan bahwa kehadiran mahasiswa KKN seperti Asmar Sholeh dapat membawa dampak yang jauh lebih besar daripada sekadar menyampaikan materi. Ia hadir bukan hanya sebagai pemateri, tetapi juga sebagai mediator, inspirator, dan teladan nyata. Dari ruang kelas sederhana di Desa Bandar Malela, ia menunjukkan bahwa membangun generasi berkarakter tidak cukup dengan buku pelajaran, tetapi juga dengan empati, kepedulian, dan keberanian menghadapi masalah nyata. Dan tentunya asmar Sholeh tidak sendirian, teman sekelompok KKN juga sangat banyak membantu dalam sosialisasi yang berjalan dengan sukses ini.
Pada akhirnya, sosialisasi ini bukan hanya agenda sekali jalan. Ia menjadi titik awal lahirnya sebuah gerakan kecil: gerakan anak-anak yang lebih peduli, lebih menghargai, dan lebih berkarakter. Jika benih yang ditanam Asmar Sholeh terus dirawat oleh guru, siswa, dan masyarakat, mungkinkah Desa Bandar Malela suatu hari nanti dikenal sebagai desa yang melahirkan generasi muda sehat, bersih, dan bebas bullying?
Potret Antusiasme Siswa terhadap Proker yang berjalan dengan baik. Sumber: Divisi PDD Kelompok KKN