Lihat ke Halaman Asli

Seribu Kisah yang Terlupakan di Kepulauan Seribu

Diperbarui: 30 Oktober 2015   01:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ajaklah teman atau kerabat kalian mengunjungi Pulau Onrust, untuk melihat peninggalan sejarah, karena belum tentu 50 tahun lagi masih ada”, ucap Pak Candrian sang arkeolog itu terus membenak di pikiran saya.

Sabtu pagi ini tak biasanya saya sudah bergegas meninggalkan rumah, biasanya masih berkelana di alam mimpi. Yap, saya mendapat kesempatan ikut serta dalam Eksplorasi Pesona Bahari Kepulauan Seribu, DKI Jakarta yang diadakan oleh Kompasiana dan Kementrian Pariwisata karena tulisan saya menjadi salah satu dari 20 terbaik di event blog competition Pesona Bahari.

Tak pernah terlintas di pikiran saya bisa menang, eventnya saja baru tau H-1, buat akun Kompasiana di tanggal deadline dan posting di tengah kepanikan.

”Gawat..udah jam 21:00 WIB, tapi ejaannya masih banyak yang salah”,  

“Duh ini caption foto nya kok berantakan”,

“Aduh ini bagaimana previewnya?”

“Akkkkkkk, hasil editannya hilang, enggak ke-save lagi,*hikks” 

Saat bertemu dengan tim Kompasiana di hari H, terlintas di benak saya untuk bertanya, “Mas atau Mba kemarin pas baca tulisan saya enggak lagi ngantuk kan?” tapi saya urungkan niat tersebut daripada saya ditinggal naik kapal. Tidak jadi bertanya saja saya nyaris ketinggalan kapal, hehehehe maklum namanya juga jiwa Bolang (Bocah Petualang Ilang). Salut buat tim Kompasiana yang tidak pandang bulu dalam menjuri tulisan para peserta.

Hari Pertama, Sabtu, 24 Oktober 2015

Waktu menunjukkan pukul 11:00 WIB, tidak terasa speed boat yang saya tumpangi bersama teman-teman, sudah berlabuh di dermaga Pulau Bidadari. Kami pun disambut dengan welcome drink dan sepatah dua patah kata sambutan dari panitia penyelenggara. Tanpa panjang lebar kegiatan ekplorasi dimulai dengan dipandu oleh Bapak Candrian Atthiyyat sang Arkeolog yang akan mendampingi menelusuri jejak-jejak peninggalan sejarah di abad 16-18 Masehi yang ada di Pulau Bidadari. Pulau yang luasnya mencapai 6 hektar ini dulunya terdapat rumah sakit untuk para penderita Lepra, namun sekarang dikelola menjadi Bidadari eco resort ramah lingkungan dimana 40% dari luasnya masih merupakan habitat alami. Tak heran jika masih ada biawak berukuran 1-3 meter dan elang bondol yang bisa kita lihat jika beruntung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline