Mohon tunggu...
Antin Agustin
Antin Agustin Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Leo, Bacpacker, Railway Fans dan sedang belajar menjadi travel blogger. Tulisan disini bersumber dari blog saya https://delapanagustus.wordpress.com/ Mari kenali negerimu, jelajahi negerimu dan cintai negerimu dengan travelling. cheers!! @antin.agustin

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Seribu Kisah yang Terlupakan di Kepulauan Seribu

27 Oktober 2015   23:54 Diperbarui: 30 Oktober 2015   01:15 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Biawak yang saya lihat pada keesokan harinya, saya juga sempat lihat Elang Bondol tapi tidak berhasil memfotonya. (Dok. Pribadi)  "]

[/caption]Tujuan pertama kami adalah salah satu bagian dari benteng Martello yang masih tersisa di Pulau Bidadari.

[caption caption="Benteng Martello ini didirikan oleh VOC pada abad 16 masehi sebagai pos pertahanan untuk melindungi kota Batavia dari serangan musuh."]

[/caption]“

[caption caption="Lubang yang nampak seperti jendela ini digunakan untuk sirkulasi udara dan mengintip musuh (Dok.Pribadi)"]

[/caption]

Menurut Pak Candrian Benteng Martello mengadaptasi  Mortella Point di Italia, dimana Mortella Point ini berhasil menahan serangan Inggris ke Italia di abad 15. Pasukan Inggris yang terkesan dengan keefektifitasan benteng ini kemudian mengadaptasinya di wilayah perang lain. Karena ada perbedaan bahasa pasukan Inggris menyebutnya jadi Martello. Nah, Pasukan Belanda pun tidak mau kalah sehingga membangunnya di Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Bidadari sebagai pos pertahanan barat. Selain pos pertahanan barat, VOC juga mendirikan pos pertahanan timur di Pulau Edam atau sekarang disebut Pulau Damar Besar. Kalau mau sejarah lengkapnya silahkah klik disini. 

[caption caption="Peta pembagian pos pertahanan Batavia. Sumber : Makalah "Teluk Jakarta Kawasan Bersejarah Abad 16-18" oleh Candrian Attahiyyat, hal 20."]

[/caption]

Setelah mendengarkan paparan Pak Candrian tentang peninggalan sejarah yang ada di Pulau Bidadari rombongan kami pun istirahat makan siang, mengisi tenaga untuk melanjutkan ekplorasi ke Pulau Onrust, Pulau Kelor dan Pulau Cipir.

[caption caption="Belajar sejarah langsung dengan sang ahli dan mengamati langsung ditempatnya ternyata jauh lebih asyik dibandingkan membaca dari bukunya. Imajinasi kita lebih mudah diajak melayang-layang membayangkan sedang berada di era tersebut. Selain itu kita bisa aktif bertanya sehingga lebih banyak informasi menarik yang belum tentu bisa kita dapatkan jika ditemani pemandu wisata (Dok.Pribadi)"]

[/caption]

Hanya butuh sekitar 15 menit dari Pulau Bidadari menuju Pulau Kelor dengan kapal tradisional. Pak Candrian langsung mengarahkan kami ke bekas reruntuhan karantina haji. Yap, selain sebagai tempat persinggahan kapal dan pos pemantauan (James Cook dan Abel Tasman pernah singgah di Pulau ini untuk mengisi perbekalan), Pulau Onrust juga sempat dijadikan karantina haji. Saat masa kolonial dahulu kala, sebelum berlayar berbulan-bulan untuk pergi haji, orang-orang tersebut dikarantina dahulu agar terbiasa dengan cuaca laut. Dan setelah pulang tidak terkena penyakit menular yang sedang mewabah yaitu Lepra. Penyakit yang memiliki nama lain kencing tikus menjadi penyebab kematian muda bagi warga Belanda dan masyarakat lokal di masa itu.

[caption caption="Pondasi bekas penyangga kasur/dipan di barak haji, sengaja dibuat agak tinggi agar tidak ada tikus bersarang. (Dok.Pribadi) "]

[/caption]

Banyak kisah yang tertinggal dan masih menjadi misteri di Pulau ini, mulai dari legenda terowongan dan harta karun emas hingga kisah hantu wanita Belanda, Maria Van De Velde, yang katanya sih kerap terlihat membawa lentera di pantai, menunggu kekasihnya tiba dengan kapal.

[caption caption="Rombongan sedang melihat komplek pemakaman Belanda di Pulau Onrust (Dok.Pribadi)"]

[/caption]      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun