Penulis : Antarullah | Editor : -
Kompasiana.com, Aceh Utara, Mei 2025 — Di tengah kuatnya stigma terhadap tanaman ganja, Universitas Malikussaleh melangkah berani. Kampus negeri di jantung Serambi Mekkah ini tengah mempersiapkan pendirian Pusat Kajian Ganja Aceh (PKGA) — sebuah inisiatif ilmiah yang berpotensi menjadikan Aceh sebagai pelopor riset ganja medis pertama di Indonesia.
Langkah berani ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama strategis Kampus Universitas Malikussaleh dalam mengajukan izin riset tersebut kepada Kementerian Kesehatan RI, serta mitra ilmiah dari luar negeri seperti University of Toronto. Tidak hanya sekadar wacana, inisiatif ini dibangun di atas fondasi akademik dan urgensi sosial yang selama ini terabaikan.
“Kami tidak sedang melegalkan ganja, kami sedang melegitimasikan riset,” tegas Dr. Baidhawi, Dekan Fakultas Pertanian Unimal.
“Potensi ganja medis selama ini dikubur oleh stigma, padahal di baliknya ada peluang untuk kesehatan, ekonomi, dan keadilan sosial.”
Dari Stigma ke Sains: Mendorong Perubahan Narasi
Aceh dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil ganja terbaik secara alami. Namun selama puluhan tahun, tanaman yang dulunya digunakan untuk keperluan pertanian dan pengobatan tradisional itu berubah menjadi sumber kriminalisasi bagi petani kecil.
Dengan hadirnya PKGA, Unimal ingin menggeser narasi tersebut dari pendekatan represif ke pendekatan ilmiah.
“Kami ingin Aceh tak lagi hanya jadi objek penindakan, tapi menjadi subjek dalam produksi ilmu pengetahuan,” ujar Prof. Herman Fithra, Rektor Universitas Malikussaleh.
Langkah Nyata: Riset, Tanam, dan Simpan.