Lampung Barat - Di balik hamparan Danau Ranau yang tenang dan luas, berdiri tegak Gunung Seminung, salah satu gunung yang menjadi kebanggaan masyarakat Lampung Barat. Gunung ini bukan sekadar bentangan alam, tapi juga simbol keindahan, ketenangan, dan tantangan bagi mereka yang mencintai petualangan.
Terletak di Kecamatan Lumbok Seminung, gunung setinggi 1.881 meter ini menyajikan panorama alam yang jarang ditemukan di tempat lain. Dari kejauhan, siluet Gunung Seminung tampak anggun membingkai tepian danau, seolah menjadi penjaga abadi dari alam yang asri di sekitarnya.
Namun keindahan sesungguhnya baru terasa saat kaki menapak jalur pendakian. Dedaunan rimbun, udara yang segar, dan suara burung hutan menyambut setiap langkah, menjadikan pendakian tidak hanya soal fisik, tetapi juga perjalanan batin.
"Ini pertama kali aku naik gunung kak bukannya kapok malah nagih mau lagi. Bukan cuma pemandangannya yang bikin terpesona, tapi juga suasanya damai dan bisa ketemu orang-orang asing yang mendadak jadi kerabat saling membantu selama pendakian, ketemu dipuncak, dan turun." ujar Dear (16), seorang atlet lari asal Lampung Utara yang perdana masuk dunia pendakian.
Tak hanya alamnya yang memesona, suasana di kaki gunung juga menawarkan kehangatan tersendiri. Masyarakat sekitar, yang mayoritas hidup dari pertanian dan perikanan, menyambut para wisatawan dengan ramah. Di Desa Lumbok, pengunjung bisa menginap di homestay warga, mencicipi makanan tradisional, dan belajar tentang budaya lokal.
Meski belum sepopuler gunung-gunung lain di Indonesia, Gunung Seminung mulai menarik perhatian wisatawan, terutama sejak munculnya foto-foto eksotisnya di media sosial. Pemerintah daerah pun mulai berbenah, menyediakan akses jalan yang lebih baik dan fasilitas pendukung bagi para pendaki dan wisatawan.
Di puncak Seminung, langit tak hanya membentang, tapi juga berbicara tentang sunyi yang damai, tentang rindu yang pulang. Setiap hembus angin di lerengnya adalah bisikan alam bahwa keindahan sejati tak pernah berteriak, ia hanya menunggu untuk ditemukan.
Penulis : Anjeli Putri Damayanti (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Kotabumi).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI