Pada awal Februari 1959, sebuah tragedi yang sekaligus penuh misteri mengguncang Rusia. Sembilan pendaki muda dari Institut Politeknik Ural memulai ekspedisi ski menuju Pegunungan Ural Utara.
Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang penuh semangat, terampil, dan berpengalaman dalam mendaki di musim dingin. Namun, apa yang seharusnya menjadi perjalanan penuh petualangan justru berubah menjadi salah satu misteri paling membingungkan dalam sejarah modern.
Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Insiden Dyatlov Pass bukan hanya tentang kematian tragis para pendaki. Ia juga menyimpan kisah ketahanan manusia dalam menghadapi alam liar, ketakutan yang sulit dijelaskan, serta spekulasi yang terus hidup lebih dari enam dekade kemudian.
Dari sudut pandang ilmiah hingga teori konspirasi paling liar, Dyatlov Pass adalah kisah yang menggabungkan tragedi, teka-teki, dan refleksi tentang batas kemampuan manusia.
Latar Belakang: Pendakian Menuju Gunung Otorten
Ekspedisi ini dipimpin oleh Igor Dyatlov, seorang mahasiswa teknik radio berusia 23 tahun. Ia membawa delapan rekannya yang juga mahasiswa berpengalaman. Tujuan mereka adalah mencapai Gunung Otorten, sebuah wilayah terpencil yang jarang didatangi manusia.
Namun, cuaca yang buruk dan medan yang sulit memaksa mereka mengubah jalur menuju Kholat Syakhl, sebuah gunung yang oleh suku Mansi setempat disebut “Gunung Kematian”. Nama yang kelak terasa seperti sebuah pertanda.
Pada 1 Februari 1959, kelompok ini mendirikan tenda di lereng terbuka gunung tersebut. Pilihan lokasi itu masih menjadi bahan perdebatan, karena lereng curam dan terpapar angin kencang.
Malam itu, sesuatu terjadi. Para pendaki meninggalkan tenda mereka dalam keadaan yang tak masuk akal, tanpa sepatu, hanya memakai pakaian dalam, dan meninggalkan semua perlengkapan penting. Tidak ada seorang pun yang selamat.
Penemuan yang Membingungkan
Pencarian dimulai setelah beberapa hari karena kelompok ini tidak kembali sesuai jadwal. Tim penyelamat menemukan pemandangan yang mengejutkan:
* Tenda mereka ditemukan robek dari dalam, seolah-olah para pendaki melarikan diri dalam kepanikan.