Neil deGrasse Tyson dikenal luas sebagai komunikator sains yang sering muncul di televisi dan media sosial untuk menjelaskan konsep ilmiah kepada masyarakat umum. Selain itu, ia juga sering tampil dalam berbagai film dan serial populer, seperti The Big Bang Theory dan bahkan di beberapa film Hollywood seperti Batman v Superman: Dawn of Justice. Kehadirannya dalam budaya populer membuatnya dikenal oleh banyak orang sebagai wajah sains modern. Namun, jika ditelaah lebih dalam, latar belakang, pernyataan, dan kontribusi ilmiahnya menimbulkan pertanyaan serius mengenai legitimasi dirinya sebagai ilmuwan. Satu-satunya kontribusi nyata Tyson dalam dunia astronomi, perannya dalam mengkampanyekan penurunan status Pluto dari planet menjadi planet katai/kerdil (dwarf planet)---sebuah keputusan yang bahkan masih menuai perdebatan di kalangan ilmuwan hingga saat ini. Meski tak bisa disangkal bahwa ia memiliki bakat dalam menyederhanakan sains bagi khalayak luas, rekam jejaknya menunjukkan bahwa ia lebih merupakan seorang selebritas daripada ilmuwan sejati. Terlebih lagi, keberpihakannya pada pandangan ideologis kontroversial---seperti klaim bahwa terdapat lebih dari dua jenis kelamin---menunjukkan bahwa ia lebih mengedepankan narasi sosial daripada ilmu pengetahuan. Sejauh ini, kontribusi ilmiah yang diberikannya hanya basis
Ilmuwan "Selebritis" Tanpa Kontribusi Ilmiah yang Signifikan
Menurut The Science Council, ilmuwan adalah seseorang yang secara sistematis mengumpulkan dan menggunakan penelitian dan bukti, untuk membuat hipotesis dan mengujinya, untuk memperoleh dan berbagi pemahaman dan pengetahuan. Menjadi ilmuwan sejati berarti melakukan penelitian orisinal yang berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Jika menelusuri rekam jejak akademis Tyson, terlihat jelas bahwa kontribusinya dalam bidang astrofisika sangat minim. Setelah memperoleh gelar Ph.D. dari Universitas Columbia pada 1991, ia hanya menerbitkan segelintir makalah, tanpa ada yang benar-benar berpengaruh dalam dunia astrofisika. Jika dibandingkan dengan astrofisikawan ternama lainnya seperti Kip Thorne atau Brian Greene---yang menghasilkan teori dan eksperimen signifikan tentang lubang hitam, teori dawai (string theory), dan gravitasi---Tyson tidak memiliki pencapaian yang sebanding. Ia tidak menghasilkan teori baru, melakukan riset mendalam, atau banyak dikutip oleh sesama ilmuwan. Sebaliknya, kariernya lebih banyak berputar di media massa, ceramah publik, dan komentar sosial.
Ketenaran Tyson lebih banyak berasal dari acara televisi, wawancara, dan media sosial. Ia dikenal sebagai pembawa acara Cosmos: A Spacetime Odyssey, yang membuatnya terkenal bukan karena penelitian revolusioner, tetapi karena kemampuannya menjelaskan konsep ilmiah dengan cara yang menarik. Tidak ada yang salah dengan komunikasi sains, tetapi hal itu tidak lantas menjadikannya seorang ilmuwan sejati. Bandingkan dengan Carl Sagan, yang meskipun juga seorang komunikator sains, tetap memiliki rekam jejak penelitian yang solid. Sagan memberikan kontribusi penting dalam bidang atmosfer planet, efek rumah kaca di Venus, dan pencarian kehidupan di luar Bumi. Tyson, di sisi lain, tidak memiliki kontribusi ilmiah yang sepadan. Ia lebih banyak mengandalkan kutipan media sosial, wawancara di acara talk show, dan pernyataan kontroversial yang sering kali lebih bersifat hiburan daripada berbasis sains.
Distorsi Sains dan Ideologi Gender
Salah satu contoh paling mencolok dari kecenderungan Tyson mengutamakan ideologi daripada sains adalah klaimnya bahwa gender tidak bersifat biner, melainkan spektrum. Klaim ini bukanlah temuan ilmiah, melainkan gagasan yang lebih banyak berasal dari aktivisme sosial dan politik. Secara biologis, jenis kelamin ditentukan oleh kromosom: laki-laki memiliki kromosom XY, sedangkan perempuan memiliki kromosom XX. Memang ada kelainan genetik langka seperti sindrom Klinefelter (XXY), tetapi ini merupakan pengecualian dan tidak mengubah fakta dasar bahwa seks dalam biologi bersifat biner. Fungsi reproduksi pria dan wanita telah diakui sebagai prinsip mendasar dalam biologi dan berlaku di hampir semua spesies yang berkembang biak secara seksual. Pernyataan Tyson yang menyatakan bahwa gender bersifat spektrum tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Sebaliknya, pernyataan ini lebih mencerminkan tekanan sosial daripada kesimpulan berbasis penelitian. Hal ini semakin menegaskan bahwa Tyson lebih tertarik untuk mengikuti tren ideologi modern daripada mempertahankan integritas ilmiah.
Pernyataan Tyson juga sering kali penuh dengan ketidakkonsistenan dan informasi yang menyesatkan. Ia dikenal kerap melebih-lebihkan fakta demi membuat sains tampak lebih dramatis. Misalnya, ia pernah membesar-besarkan probabilitas tabrakan asteroid, salah mengartikan peristiwa sejarah terkait penemuan ilmiah, dan memberikan klaim yang menyesatkan tentang statistik perubahan iklim. Salah satu kasus yang paling terkenal adalah saat ia mengutip pernyataan palsu dari George W. Bush, di mana ia menuduh mantan presiden Amerika Serikat tersebut membuat pernyataan tentang Tuhan yang tidak pernah dikatakannya. Ketika kesalahannya terungkap, Tyson lambat mengakui kesalahan dan mencoba mengalihkan perhatian, bukannya dengan jujur mengoreksi dirinya. Pola ini menimbulkan pertanyaan serius tentang kejujuran intelektual dan komitmennya terhadap fakta.
Peran Komunikator Sains yang Berbeda dari Ilmuwan
Penting untuk membedakan antara komunikator sains dan ilmuwan sejati. Ada tempat bagi mereka yang bisa menyampaikan ilmu pengetahuan kepada publik, tetapi mereka seharusnya tidak disamakan dengan individu yang benar-benar melakukan penelitian dan membuat penemuan baru. Tyson lebih cocok disebut sebagai komunikator sains, seperti halnya Bill Nye, yang sebenarnya hanya memiliki latar belakang teknik mesin dan bukan ahli dalam bidang yang sering ia komentari. Masalah muncul ketika komunikator sains mulai bertindak seolah-olah mereka merupakan otoritas dalam bidang yang tidak mereka kuasai. Tyson sering kali berbicara tentang isu sosial, politik, dan filsafat dengan cara yang seolah-olah berbasis ilmiah, padahal banyak dari pernyataannya yang lebih bersifat opini daripada fakta empiris. Ilmuwan sejati bekerja berdasarkan bukti dan penelitian ketat, sedangkan Tyson lebih mengandalkan retorika dan daya tarik budaya pop.
Pada akhirnya, perlu diingat bahwa Neil deGrasse Tyson tidak memiliki kontribusi riset yang signifikan, sering kali tidak jujur secara intelektual, dan lebih mengutamakan ideologi daripada ilmu pengetahuan. Meskipun ia berbakat dalam menyampaikan sains kepada publik, hal itu tidak menjadikannya otoritas ilmiah yang sesungguhnya. Bagi mereka yang ingin memahami sains secara mendalam, lebih baik merujuk pada individu yang benar-benar aktif dalam penelitian dan penemuan. Tyson mungkin menarik sebagai figur publik, tetapi dalam hal ilmu pengetahuan, ia jauh dari sosok yang bisa dianggap sebagai sumber yang benar-benar kredibel. Masyarakat berhak mendapatkan komunikator sains yang lebih menghormati fakta, tetap dalam batas keahlian mereka, dan mengutamakan kebenaran daripada kepentingan ideologi.