Mohon tunggu...
adhelia zafira
adhelia zafira Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sound Horeg : Ketika Getaran Suara Berubah Menjadi Polusi di Telinga dan Udara

14 Oktober 2025   00:49 Diperbarui: 14 Oktober 2025   00:49 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sound Horeg di Karnaval (Sumber : Tiktok/@remajaganks.11)

Di berbagai daerah, fenomena sound horeg sudah menjadi bagian dari kebiasaan sosial, terutama saat hajatan, karnaval, atau acara musik jalanan. Suara dari pengeras suara yang diputar dengan volume tinggi sering dianggap sebagai simbol kemeriahan, padahal secara ilmiah hal itu menunjukkan adanya tekanan akustik berlebih di udara. Getaran kuat dari gelombang suara membuat benda di sekitar ikut bergetar, bahkan terasa hingga ke tubuh manusia. Ketika volume melampaui batas wajar, gelombang suara membawa energi besar yang memantul ke permukaan keras seperti dinding atau kaca, memperkuat dirinya sendiri, dan menghasilkan efek “pecah” yang dikenal masyarakat sebagai sound horeg.

⚙️ Fenomana Yang Terjadi

Secara fisika, bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui udara, Hubungan antara kecepatan rambat, frekuensi, dan panjang gelombang dapat dijelaskan dengan rumus:

v = f λ

Keterangan:

  • v = kecepatan bunyi (m/s)
  • f = frekuensi (Hz)
  • λ = panjang gelombang (m)

Namun, efek horeg lebih dipengaruhi oleh amplitudo (A) karena energi bunyi berbanding lurus dengan kuadrat amplitudo, dimana Semakin besar amplitudo, semakin besar pula energi suara yang dilepaskan. Selain itu, efek horeg juga terjadi akibat interferensi konstruktif (dua sumber suara memperkuat satu sama lain) dan resonansi (frekuensi suara sama dengan frekuensi alami benda seperti kaca atau dinding, sehingga ikut bergetar).

⚠️ Dampak Yang Dihasilkan

Dari sudut pandang fisika, energi bunyi yang berlebih dapat menimbulkan beberapa konsekuensi, Yaitu :

  • Kerusakan fisik: Getaran yang terus-menerus dapat menyebabkan retakan kecil pada kaca, tembok, atau atap rumah.
  • Dampak kesehatan: Paparan suara di atas 85 dB dapat merusak sel rambut di koklea dan memicu tinnitus (denging di telinga). Tekanan suara tinggi juga dapat memicu stres, gangguan tidur, dan penurunan konsentrasi.
  • Dampak sosial: Kebisingan ekstrem kerap menimbulkan ketegangan antarwarga dan mengurangi kenyamanan hidup di lingkungan padat penduduk.

Secara sederhana, semakin tinggi intensitas suara dan lamanya paparan, semakin besar pula risiko kerusakan yang ditimbulkan.

🌱Saran dan Rekomendasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun