Lihat ke Halaman Asli

Abdul Muis Syam

Terus menulis untuk perubahan

Selain Berterima Kasih kepada Presiden Jokowi, Rakyat Juga Tak Protes dengan Semua Kepretan Rizal Ramli

Diperbarui: 9 Januari 2016   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Ilustrasi: Abdul Muis Syam)

PADA dasarnya, semua yang dikepret saat ini oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli bukanlah masalah baru, melainkan “penyakit lama” yang tak pernah hentinya menyiksa bangsa dan negara ini.

Jadi sangat keliru jika ada segelintir orang yang menuding bahwa kepretan Rizal Ramli hanya memunculkan masalah baru.

Justru dalam hal ini, jurus Rajawali ngepret sesungguhnya adalah merupakan gerakan positif yang sangat hebat dan langka namun mulia, sebab dilakukan oleh seorang pejabat negara.

Sebab biasanya, seorang kritikus atau sosok pergerakan jika telah bergabung masuk ke dalam lingkungan pemerintahan sebagai pejabat negara, maka ia sudah duduk manis menikmati fasilitas yang serba mewah.

Dan ketika mengetahui ada penyelewengan di dalam pemerintahan, ia pura-pura tidak tahu-menahu, dan lebih memilih menutup mata lalu diam seribu bahasa. Tetapi hal ini ternyata tidaklah berlaku pada diri Rizal Ramli.

Rizal Ramli benar-benar mampu membuktikan jatinya dirinya sebagai sosok pergerakan perubahan, di luar maupun di dalam pemerintahan. Yakni dengan tetap kritis terhadap siapapun (pejabat negara) yang lebih cenderung memburu keuntungan pribadi atau kelompoknya saja.

Sikap kritis melalui kepretan Rizal Ramli ini, tentulah mendapat dukungan besar dari rakyat Indonesia. Sebab kepretan Sang Rajawali ini dipandang sebagai kesempatan yang sangat berharga untuk segera bangkit melepaskan diri dari belenggu dan penyakit lama yang sangat menyiksa sejak dulu.

Dan Rizal Ramli melakukan kepretan di sana-sini, bukan berarti ia tidak fokus kepada tugas pokok serta fungsinya sebagai Menko Kemaritiman dan Sumberdaya. Justru ia sangat sadar, bahwa untuk lebih bisa fokus bekerja dan agar dapat dengan mudah mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini adalah tetap bekerja namun sambil “menyingkirkan yang kotor-kotor”. Sebab bekerja dengan “kondisi kotor”, maka tentu hasilnya juga lebih banyak yang kotor.

Filosofinya, bagaimana mungkin seseorang yang taat beragama dapat dikatakan kualitas ibadahnya sudah sangat baik ketika diketahui ia belum mampu menyingkirkan hal-hal yang kotor-kotor pada diri dan di dalam lingkungannya?

Olehnya itu, untuk memastikan Kabinet Kerja ini dapat bekerja dengan baik, dan jika memang ada reshuffle kabinet, maka haruslah diisi oleh orang-orang kritis yang anti “bermain kotor”, alias tidak menyalahgunakan dan memperjualbelikan kewenangan serta kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline