Mohon tunggu...
Rahmad Alkhadafi
Rahmad Alkhadafi Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Falsafah Hidup Fahruddin Faiz

23 Mei 2024   11:06 Diperbarui: 23 Mei 2024   11:07 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gemasulawesi.com/id/kupas-tuntas/7738/mengenal-sosok-fahruddin-faiz-dalam-dunia-filsafat

Hidup itu dinamis. Kadang seneng, kadang sedih. Mbok ya ditanggapi biasa saja.

Hidup itu dinamis, selalu berubah dan penuh dengan berbagai kejutan yang tak terduga. Kadang-kadang kita merasa senang, menikmati momen-momen indah yang membuat hati berbunga-bunga dan penuh semangat. Di lain waktu, kita mungkin merasakan kesedihan, menghadapi tantangan dan kesulitan yang membuat kita merasa down dan putus asa. Namun, penting untuk menyadari bahwa inilah bagian dari kehidupan yang sejati.

Setiap perasaan dan pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang tidak, memiliki makna dan pelajaran tersendiri. Kesenangan membawa kebahagiaan dan kenangan indah, sementara kesedihan mengajarkan kita tentang ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi cobaan. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghadapi semua itu dengan sikap yang biasa saja, tidak terlalu berlebihan dalam menyambut kebahagiaan dan tidak terlalu terpuruk dalam menghadapi kesedihan.

Ketika kita mampu menerima semua perubahan ini dengan hati yang lapang, kita akan menemukan ketenangan dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup. Kita belajar untuk tidak terlalu menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal eksternal, tetapi menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri, dalam sikap yang bijaksana dan penuh penerimaan. Dengan begitu, hidup yang dinamis ini bisa kita jalani dengan lebih tenang dan penuh syukur.


Engkau hanya manusia, Kuasamu terbatas, Pikiranmu tidak tanpa batas. Yang kau tahu, Hanya yang kebetulan kau temu. Yang kau setuju, hanya kebetulan kau mampu.

Sebagai manusia, kita harus menyadari keterbatasan kita. Kuasa yang kita miliki dalam hidup ini memang terbatas, tidak seperti yang sering kita bayangkan dalam mimpi-mimpi kita yang penuh ambisi dan harapan. Kita tidak bisa mengendalikan segala hal, dan itu adalah kenyataan yang harus kita terima dengan lapang dada.


Pikiran kita juga memiliki batasan. Sebanyak apapun kita belajar dan mencoba memahami dunia ini, selalu ada hal-hal yang berada di luar jangkauan pengetahuan kita. Kita hanya tahu apa yang kebetulan kita temui dalam perjalanan hidup kita. Setiap informasi dan pengetahuan yang kita miliki seringkali adalah hasil dari pertemuan yang acak, dari pengalaman yang kebetulan kita lalui.

Begitu pula dengan apa yang kita setujui atau yakini. Keyakinan dan pandangan kita terhadap dunia seringkali terbentuk dari kemampuan kita untuk memahami dan menerima hal-hal tertentu. Kadang-kadang kita setuju bukan karena kita benar-benar memahami sepenuhnya, tetapi karena itulah yang kebetulan mampu kita cerna dan terima pada saat itu.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap rendah hati. Kita harus mengakui bahwa ada banyak hal di dunia ini yang tidak kita ketahui dan tidak kita pahami. Dalam keterbatasan ini, kita bisa menemukan kebijaksanaan dan kedamaian. Kita belajar untuk menerima kekurangan kita, menghargai keberagaman pandangan, dan terus berusaha untuk belajar tanpa merasa harus mengetahui segalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun