Lihat ke Halaman Asli

Amiruddin Zuhri

GURU DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

Masalah PPDB dan Solusinya

Diperbarui: 23 Juni 2024   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Indonesia adalah proses yang sangat penting dalam sistem pendidikan dan selalu menjadi topik hangat setiap tahunnya. Proses ini menentukan di mana siswa akan melanjutkan pendidikannya, baik dari jenjang sekolah dasar hingga menengah atas. 

Namun, PPDB juga kerap kali menimbulkan berbagai permasalahan yang mempengaruhi kualitas dan aksesibilitas pendidikan bagi siswa. Artikel ini akan membahas permasalahan utama yang dihadapi dalam PPDB serta solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Untuk memberikan perspektif yang lebih komprehensif, berbagai sumber literatur dan referensi akan digunakan.

Permasalahan

1. Ketidakmerataan Akses dan Kualitas Pendidikan
   Salah satu masalah utama dalam PPDB adalah ketidakmerataan akses dan kualitas pendidikan. Sekolah-sekolah yang dianggap favorit, biasanya terletak di daerah perkotaan, memiliki fasilitas yang lebih baik, guru yang lebih kompeten, dan program akademik yang lebih unggul. 

Akibatnya, terjadi ketimpangan antara sekolah favorit dan sekolah lainnya, terutama di daerah pedesaan atau pinggiran kota. Siswa yang tidak diterima di sekolah favorit sering kali harus masuk ke sekolah dengan kualitas yang lebih rendah, yang dapat mempengaruhi prestasi akademik mereka. Menurut laporan dari [Kemendikbud](https://www.kemdikbud.go.id), disparitas ini berkontribusi pada ketidaksetaraan dalam hasil pendidikan di seluruh Indonesia.

2. Sistem Zonasi
   Sistem zonasi, yang bertujuan untuk mendistribusikan siswa secara merata ke sekolah-sekolah di sekitar tempat tinggal mereka, sering kali menjadi sumber ketidakpuasan. Orang tua merasa tidak puas ketika anak mereka tidak dapat masuk ke sekolah yang diinginkan meskipun memiliki prestasi akademik yang tinggi. 

Selain itu, praktik manipulasi data tempat tinggal untuk memenuhi syarat zonasi menimbulkan ketidakadilan dalam sistem ini. Sebuah studi oleh [Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan](https://puslitjakdikbud.kemdikbud.go.id) menunjukkan bahwa sistem zonasi masih menghadapi tantangan dalam implementasinya, terutama terkait dengan kejujuran data tempat tinggal.

3. Transparansi dan Keadilan
   Proses seleksi dalam PPDB sering kali dianggap kurang transparan dan tidak adil. Ada kekhawatiran bahwa nepotisme, kolusi, atau bahkan suap dapat mempengaruhi penerimaan siswa di beberapa sekolah. Hal ini merusak integritas sistem PPDB dan menimbulkan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal [Education Policy Analysis Archives](https://epaa.asu.edu/ojs/), transparansi dalam proses penerimaan adalah kunci untuk membangun kepercayaan publik.

4. Ketersediaan Infrastruktur dan Sumber Daya
   Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil atau kurang berkembang, tidak memiliki fasilitas dan sumber daya yang memadai. Keterbatasan ruang kelas, kekurangan guru, dan fasilitas yang tidak memadai mengakibatkan penurunan kualitas pendidikan. Sekolah yang kelebihan kapasitas juga mengalami kesulitan dalam memberikan pendidikan yang optimal. Laporan dari [UNESCO](https://en.unesco.org) menyoroti bahwa investasi dalam infrastruktur pendidikan adalah esensial untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

5. Teknologi dan Sistem Informasi
   Sistem pendaftaran online yang diterapkan sering mengalami kendala teknis. Server yang down, kesulitan akses, dan kurangnya pemahaman orang tua tentang cara menggunakan sistem online menjadi tantangan tersendiri. Hal ini dapat menghambat proses pendaftaran dan menimbulkan frustrasi. Menurut [World Bank](https://www.worldbank.org), pemanfaatan teknologi yang efektif dalam pendidikan memerlukan infrastruktur digital yang kuat dan dukungan teknis yang memadai.

6. Pendidikan Inklusif
   Siswa dengan kebutuhan khusus sering kali menghadapi kesulitan dalam proses penerimaan. Kurangnya fasilitas dan tenaga pendidik yang terlatih untuk menangani kebutuhan mereka menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif. [UNICEF](https://www.unicef.org) menekankan pentingnya pendidikan inklusif yang dapat diakses oleh semua anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline