Lihat ke Halaman Asli

Aminuddin Malewa

TERVERIFIKASI

Penjelajah narası

"Menghafal" Mitos Penjajahan 350 Tahun dan Tantangan Pendidikan Era Milenial

Diperbarui: 5 Januari 2020   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang anak SMA di Banjarmasin berkunjung ke Museum Lambung Mangkurat (dokpri)

Mendikbud Nadiem Makariem pernah menyatakan bahwa Indonesia ke depan tidak butuh orang yang pintar menghafal, (Tempo). Mungkin kita sepakat bahwa salah satu pelajaran di sekolah dulu yang sangat lekat dengan cap menghafal adalah pelajaran Sejarah. Jadi pelajaran Sejarah tidak diperlukan lagi? Anak-anak kita tidak harus lagi dikenalkan dengan sejarah bangsanya?

Dalam interval waktu yang tidak terlalu berjauhan, sebuah tulisan di media daring dari Joss Wibisono (Historia) mengangkat tema yang menurut saya sangat menggelitik yaitu bahwa penjajahan Belanda di Indonesia sesungguhnya tidaklah 350 tahun alias semua itu sebagian besarnya mitos! Joss Wibisono mengungkit tema itu dengan mempertanyakan lini masa yang dipakai untuk menghitung, apakah sejak VOC berdiri tahun 1602, apakah ketika de Houtman menjejakkan kakinya tahun 1596? Kalau masih kurang memadai coba telaah buku GJ Resink yang judulnya cukup menghentak, Bukan 350 Tahun Dijajah.

Kalau Indonesia merdeka tahun 1945, maka durasi 350 tahun ternyata dihitung dari sejak Cornelis de Houtman menjejakkan kaki di Banten tahun 1596. Dari hitungan ini sepertinya pertanyaan sudah terjawab, quod erat demonstrandum (apa yang diminta sudah ditunjukkan).

Tapi tunggu dulu!

Mari sejenak kita coba telisik lebih dalam. Ketika de Houtman bersaudara mendarat di Banten, dalam kapasitas apakah mereka saat itu, apakah sebagai pelaut, bajak laut, pedagang atau utusan Kerajaan Belanda? VOC yang sangat kita kenal dalam pelajaran sejarah berdiri tahun 1602 sebagai perusahaan dagang, itupun awalnya lebih menekankan kegiatan dagangnya dengan Mughal India.

Ada rentang 6 tahun sejak de Houtman mendarat di Banten dan VOC berdiri. Tidakkah lebih masuk akal kalau kedatangan de Hotman sebenarnya masih dalam rangka penjajakan? Pertanyaan semacam ini masih dapat kita perdalam lagi apakah sejak berdirinya VOC tahun 1602 mereka langsung menguasai Indonesia? VOC sebagai negara dalam wajah perusahaan multinasional baru digantikan langsung oleh Kerajaan Belanda menguasai Indonesia ketika VOC dinyatakan bangkrut karena korupsi di penghujung abad XIX.

Itu tentang lini masa, bagaimana dengan terminologi Indonesia sendiri? Bukankah secara formal nama Indonesia sebagai negara baru kita kenal tahun 1945? Pemerintah Belanda bahkan mengakui Republik Indonesia baru pada tahun 1949 melalui istilah penyerahan kedaulatan. Maka yang dikuasai atau dijajah oleh VOC sebenarnya Indonesia yang mana? Aceh baru takluk tahun 1904, Bali tahun 1906 atau sudah masuk ke abad 20, dengan kata lain mereka tidak sampai 50 tahun dijajah.

Kita serahkan saja pembuktian fakta dan penafsiran yang sesungguhnya kepada para ahli dan peminat sejarah, yang saya yakini tidak sekadar piawai menghafal nama-nama tokoh dalam peristiwa silam.

Saya lebih tertarik melihat sisi lain dari tema penjajahan ini sebagai bekal agar kita tidak menelan mentah-mentah semua informasi. Sekaligus juga mencoba mendedah ritual menghafal di institusi pendidikan kita selama ini. Silang pendapat peristiwa G-30/S salah satu contoh bagaimana sesuatu (yang dianggap) fakta dapat dibaca dan diterjemahkan dari beragam sisi. Sisi penguasa akan selalu menekankan term "pengkhianatan", sebaliknya sisi seberang akan selalu mengutarakan term "korban", meski kedua sisi sepakat menggunakan term "konspirasi" namun untuk tujuan yang berbeda.

Di sisi mana sebaiknya kita berdiri?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline