Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengalir Bersama Hidup: Kisah Pindah Karir Diusia 30 Tahun

24 September 2025   21:37 Diperbarui: 24 September 2025   21:51 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajar bukan sekadar profesi, tetapi perjalanan hidup yang penuh makna dan pembelajaran. (Sumber: Shutterstock via Kompas.com)

Pendahuluan

Menjelang usia 30, hidup saya terasa seperti berada di persimpangan jalan. Siang hari saya bekerja di kantor sebagai staf administrasi, malamnya kuliah keguruan hingga pukul sepuluh malam. Pulang dengan tubuh lelah, mata perih karena kantuk, namun hati saya selalu terisi oleh harapan: suatu hari saya akan berdiri di depan kelas, seperti ayah saya yang menjadi guru sederhana di desa.

Saya lahir dari keluarga biasa. Orang tua hanya mampu menyekolahkan saya hingga tingkat SLTA. Melanjutkan kuliah bukan sekadar impian, melainkan rencana hidup yang saya rancang diam-diam. Jurusan keguruan saya pilih bukan hanya karena dorongan hati, tetapi juga pertimbangan realistis: biayanya lebih murah dibanding jurusan lain. Dengan gaji dari pekerjaan administrasi, saya membiayai kuliah sendiri sedikit demi sedikit.

Pekerjaan sebagai staf administrasi menjadi batu loncatan yang saya syukuri. Di sanalah saya belajar tentang dunia kerja dan menabung harapan untuk masa depan, meski dalam hati kecil saya tahu, ini belumlah tujuan akhir.

Lelah yang Terbayar Do'a

Bekerja sambil kuliah bukan perkara mudah. Siang penuh pekerjaan, malam dihabiskan di ruang kuliah. Pulang larut malam dengan tubuh yang nyaris tak kuat berdiri, lalu esok paginya kembali bekerja seperti biasa. Untungnya, saat itu saya masih bujangan. Semua keputusan ada di tangan saya sendiri. Dukungan terbesar datang dari do'a dan restu orang tua. Itu saja sudah cukup untuk membuat saya bertahan.

Tepat di usia 30 tahun, saya akhirnya memenuhi syarat untuk menjadi guru. Tidak ada pesta perayaan. Hanya tekad yang semakin mantap. Saya memasuki dunia baru: dunia pendidikan. Prinsip saya sederhana: jalani seperti air mengalir, beradaptasi dengan situasi dan kondisi.

Gaji guru honorer saat itu jauh dari kata cukup. Namun saya tak menyerah, karena saya memiliki keahlian komputer. Di sela-sela waktu, saya menerima panggilan les komputer dan jasa perbaikan. Hidup terasa penuh kerja keras, tetapi juga penuh makna. Saat itu saya merasakan betul bahwa kebahagiaan tidak selalu identik dengan uang.

Pahit dan Manis Perjalanan

Dalam dunia guru, sudah menjadi rahasia umum: untuk hidup layak, status PNS adalah puncak karier yang diimpikan banyak orang. Saya ikut tes CPNS belasan kali. Setiap kesempatan saya ambil, kegagalan sudah saya anggap biasa tapi tetap mencobanya pada kesempatan berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun