Lihat ke Halaman Asli

Kekuatan Mencegah Demensia Ada di Tangan Anda: Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan Otak

Diperbarui: 25 September 2025   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi puzzle berbentuk kepala manusia. Sumber: Canva

Melihat orangtua mulai 'pikun' bisa menjadi hal yang tidak asing bagi banyak keluarga di Indonesia. Ibu yang dulu jadi pusat keluarga yang apa-apa selalu teratur, sekarang mulai lupa obrolan yang baru di bicarakan. Sering lupa naruh barang, tidak memahami alur sinetron kesukaannya, sampai mengulang pertanyaannya dalam hitungan menit. Dengan itu, anak mulai khawatir dengan kondisi ibunya, dan berfikir bahwa ibunya sudah mulai 'pikun'.


Banyak orang berfikir bahwa kehilangan ingatan adalah hal wajar yang dialami pada usia senja. Tapi, bagaimana kalau tidak? Bagaimana kalau itu bukan hanya pikun, tapi sinyal dari otak yang butuh perhatian dan perawatan lebih.


Sekarang, saatnya untuk memahami soal kesehatan otak di Indonesia. Sebagai anak harus mengerti dan menjaga -- jaga untuk kedepannya. Kita juga harus memahami, mana yang termasuk tanda penuaan biasa dan mana yang harus lebih diperhatikan. Dan kita memiliki banyak cara untuk melindungi otak untuk masa depan.

Fakta Demensia di Indonesia yang Perlu Kita Tahu

Sebelum bertindak lebih lanjut, kita harus paham dulu. Demensia itu bukan penyakit spesifik, tapi istilah payung untuk gejala penurunan ingatan dan kemampuan berpikir yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

Kondisi di Indonesia ada tantangannya sendiri. Dengan jumlah lansia yang terus bertambah, penderita demensia diperkirakan naik dari sekitar 1,2 juta orang menjadi hampir 4 juta di tahun 2050.

Studi menunjukkan bahwa demensia yang paling umum terjadi di Indonesia bukanlah Alzheimer, tapi demensia vaskular (62,1% kasus). Jenis ini disebabkan oleh kondisi yang merusak pembuluh darah otak yang menghambat aliran oksigen dan nutrisi. Penyebab terbesarnya adalah:

1.Riwayat Stroke (38,3% Pasien)

2. Hipertensi (32,5%)

3. Diabetes (10,8%)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline