Ketika terjadi bencana alam dan likuifaksi di Sulawesi Tengah, maka salah satu hal yang perlu kita kerjakan adalah bagaimana mendampingi masyarakat terdampak untuk ketahanan pangan. Dalam konteks itulah selama beberapa hari kami berkeliling di pinggir danau Lindu untuk membina masyarakat dalam kerangka ketahanan pangan.
Dalam perjalanan kali ini tentu kami harus berjalan dari satu titik ke titik lain menggunakan perahu yang dibeli dan digunakan oleh GPID. Dalam perjalanan dari satu titik ke titik lain, kami menikmati keindangan danau Lindu, sebuah danau yang terletak di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Danau ini yang terbesar kedua di Provinsi Sulteng, setelah Danau Poso.
Adapun luasnya danau ini diperkirakan sekitar 3.488 hektare dan konon terbentuk sekitar 3.000 tahun silam. Disebutkan danau tektonik ini terbentuk akibat proses alam berupa kekuatan geologis dahsyat yang diyakini sebagai gempa bumi. Secara geologi danau ini berada di Sesar Palu-Koro. Sesar ini adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua, dimulai dari batas perairan Laut Sulawesi dengan Selat Makassar hingga ke Teluk Bone.
Sesar ini dikatakan sangat aktif hingga pergerakannya mencapai 35 sampai 44 milimeter per tahun. Selain versi ilmiahnya, Danau Lindu ternyata memiliki mitos tersendiri mengenai proses terbentuknya.
Dalam sejarahnya, sesudah danau terbentuk, orang-orang mulai turun dari pegunungan ke sekitar danau, kemudian membangun pemukiman. Orang Anca membuat perkampungan yang disebut Kora, orang Langko membentuk Taubatuleo, orang Bonkodono membangun Bontlunca.
Kearifan lokal
Melihat dari poisisi Danau Lindu kita dapat melihat bahwa dikelilingi oleh sejumlah gunung seperti Gunung Nokilalaki (2.357 m), Gunung Lantawungu (2.270 m) dan Gunung Tumawu (2.120 m). Terdapat 16 sungai utama yang mengalirkan sungai ke danau ini. Danau Lindu ini terletak di kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Lokasinya bisa ditempuh dengan sepeda motor dan cocok pula untuk penyuka olahraga bermotor di alam bebas. Apalagi para penyuka fotografi dan penikmat seni budaya.
Dalam catatan sesuai info masyarakat 2019, di Danau Lindu, ada lima desa yakni Puro'o, Langko, Tomado, Anca, dan Olu. Berdasarkan catatan sejarah, desa-desa di kawasan Danau Lindu ini sudah mulai terbentuk sejak abad ke 17 masehi.
Melimpahnya ikan
Dalam perjalanan mengeliling Danau Lindu kami mendapatkan info bahwa danau Lindu memiliki kekayaan budaya, Danau Lindu menyimpan potensi sumber protein, berupa ikan mujair, nila, dan berbagai ikan lokal lainya. Hutan-hutan di sekitarnya juga menyimpan keragaman flora dan fauna endemik. Danau ini memang berada di garis Wallace, kawasan peralihan antara zona Asia dan Australia, hingga menjadikan wilayah Danau Lindu sebagai pusat penelitian karena kaya akan ragam hayati endemik.