Kabinet Merah Putih akhirnya digoyang pada September 2025. Perombakan ini bukan sekadar kabar rutin.
Publik menyorotnya tajam. Presiden Prabowo Subianto mengocok ulang susunan menteri dalam dua gelombang. Ddampaknya langsung terasa di ruang percakapan.
Ramai, keras, sekaligus meninggalkan kesan kuat. Banyak yang menangkap prosesnya terlihat tergesa-gesa, bahkan seperti tambal sulam.
Pertanyaan pun bermunculan soal perencanaan dan stabilitas pemerintahan. Isu reshuffle terus jadi santapan hangat warganet dan media arus utama (Kompas.com).
Label dadakan itu bukan tanpa alasan. Contohnya pelantikan Erick Thohir sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga pada 17 September 2025.
Ia bercerita mendapat telepon dari Istana pada pagi hari, lalu jadwal pelantikannya ditetapkan untuk sore itu juga. Penunjukan ini menutup kursi yang ditinggalkan Dito Ariotedjo setelah reshuffle gelombang pertama pada 8 September 2025.
Cepat, iya. Tapi efek sampingnya muncul seketika. Kursi Menteri BUMN menjadi kosong, karena Erick sebelumnya memimpin kementerian tersebut. Penggantinya belum langsung ditunjuk.
Situasi seperti ini memperkuat persepsi publik tentang kebijakan yang terasa tambal sulam. Pemerintah lalu merespons dengan rencana menunjuk Pelaksana Tugas.
Status Plt hanya sementara, tapi sah dan lazim dipakai agar birokrasi tetap jalan sesuai aturan tata kelola yang berlaku (Hukumonline, 2022).
Meski begitu, kekosongan jabatan definitif tetap ada, dan kali ini di kementerian sepenting BUMN. Ini memberi sinyal kurangnya persiapan.
Apalagi beredar kabar baru bahwa Kementerian BUMN kemungkinan besar akan dilebur ke sebuah badan investasi bernama BP Investasi Danantara.