Lihat ke Halaman Asli

Aidhil Pratama

TERVERIFIKASI

ASN | Narablog

Nasionalisasi 1958: Pukulan Pamungkas bagi Gebroeders Veth

Diperbarui: 13 September 2025   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi perdagangan Hindia Belanda. (via TentangGuru.com)

Sebuah perusahaan lahir, tumbuh, lalu berjaya. Namun di balik sorotan, selalu ada tanda tanya besar. Seberapa jauh kita mau melihatnya?

Kisah ini berjalan tanpa pernah benar-benar menanyakan harganya. Gebroeders Veth adalah salah satu contohnya.

Sebuah perusahaan kolonial yang melesat. Ceritanya bukan sekadar untung rugi. Ini juga tentang sebuah bisnis yang berdiri sebagai simbol dari sistem yang lebih besar.

Pada masanya, Gebroeders Veth ibarat raksasa. Perusahaan ini didirikan oleh dua bersaudara yang memulai dari langkah sederhana.

Usaha mereka melebar ke mana-mana. Mereka menjadi investor. Menjadi agen kapal. Bahkan terjun ke pertambangan.

Salah satu pencapaian pentingnya: mereka mendirikan pabrik semen pertama di Asia Tenggara. Yakni NV Nederlandsch Indisch Cement Portland Maatschappij.

Pabrik yang berdiri pada 1910 itu, NIPCM, berani menantang produk Eropa.

Tentu kesuksesan tidak jatuh dari langit. Ia ditopang oleh sumber daya alam yang berlimpah. Dan tenaga kerja murah di tanah jajahan.

Dalam memoarnya, salah satu pendiri, Bas Veth. Membukakan sisi lain. Ia menulis tentang Hindia Belanda dan warganya dengan nada sinis.

Tidak heran buku itu memantik kontroversi. Ada yang membacanya sebagai luapan frustrasi seorang pebisnis.

Ada pula yang melihatnya sebagai cermin mentalitas superioritas kolonial. Pandangan yang melihat tanah hanya sebagai lahan. Bukan tempat hidup manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline