Lihat ke Halaman Asli

Saat Tarian Pacu Jalur Menjadi Sorotan Dunia dan Kontroversi Budaya

Diperbarui: 16 Juli 2025   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jens Raven, Sumber: https://images.app.goo.gl/GB6KVvTF6ozdNEQo6

Perayaan gol Jens Raven dengan tarian Pacu Jalur sempat menjadi momen membanggakan, hingga larangan selebrasi itu mencuat ke publik. Pemain keturunan Indonesia ini sejatinya tengah mengangkat kebudayaan lokal ke panggung internasional, namun justru dibatasi dengan alasan belum ada izin resmi. Ini menjadi pengingat bahwa diplomasi budaya belum sepenuhnya diberi ruang yang luwes dalam dunia olahraga.

Ironisnya, niat tulus Raven untuk memperkenalkan tarian khas Kuantan Singingi ke dunia luas harus terhenti di tengah jalan. Padahal, di era digital saat ini, viralnya budaya lokal sering kali berasal dari inisiatif spontan seperti itu. Kita justru perlu mendorong anak muda, termasuk atlet, untuk menjembatani identitas daerah ke kancah global, tanpa selalu tersandera birokrasi simbolik.

Larangan tersebut mengundang diskusi lebih dalam soal siapa yang berhak atas ekspresi budaya. Apakah pelestarian harus selalu bersifat formal, atau boleh hadir dalam bentuk selebrasi yang bebas dan kreatif? Di tengah ancaman globalisasi yang mengikis akar lokal, membiarkan budaya tampil di luar konteks tradisional bukan berarti merendahkannya, justru sebaliknya, memodernkan maknanya.

Tarian Pacu Jalur tidak akan kehilangan marwahnya hanya karena dibawakan di lapangan sepak bola. Justru dengan hadirnya di ruang tak terduga, ia bisa tumbuh menjadi simbol kebanggaan yang hidup. Bukan sekadar dikenang di panggung upacara, tapi juga dikenali dunia sebagai identitas yang tangguh dan lentur, seperti jalur itu sendiri, menyusur arus, tanpa kehilangan arah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline