Tiba-tiba Ramadan. Ramadan tiba-tiba datang lagi. Esok hari.
Ngomong-ngomong, apa sarapan Anda hari ini? Pada H-1 Ramadan tahun 2025 ini? Menunya sesuai dengan rencana semalam atau tidak? Cocok dengan selera Anda atau tidak?
Terkadang kita 'kan ingin menikmati menu tertentu buat sarapan, sebelum memasuki Ramadan. Semacam ingin yang harus dituntaskan jelang Ramadan. Tentu supaya selama Ramadan tidak terbayang-bayang.
Tak usah jauh-jauh. Contohnya saya sendiri. Sesungguhnya saya ingin sekali sarapan lupis bertabur kelapa parut. Itu salah satu kudapan tradisional favorit saya.
Sudah ancang-ancang beli sejak sebulan lalu. Ternyata sampai sekarang, beberapa jam sebelum Ramadan, lupis yang saya dambakan belum terbeli.
Sebaliknya secara tak terduga, saya justru mendapatkan sebungkus gudheg Yu Hadi. Tidak usah membayar alias gratis. Saya menerimanya sebagai jatah konsumsi saat bergotong royong membersihkan mushala.
Rupanya saya lebih berjodoh duluan dengan gudheg. Oke, oke. Tetap harus bersyukur. Toh masih berkesempatan menikmati sarapan dengan baik di rumah. Pun, dalam kondisi sehat.
Saya bayangkan, para penggemar gudheg pasti iri maksimal jika membaca tulisan ini. Terutama penggemar gudheg kering yang citarasanya tak begitu manis. Mungkin mereka akan berkomentar dengan baper dan laper, "Duh, enaknya bisa makan gudheg Yu Hadi. Gratis pula."
Oleh karena itu, saya senantiasa menyetel hati dan pikiran sedemikian rupa agar ikhlas. Bukankah ikhlas pangkal tidak mengeluh? Saya memang tidak suka makan nasi berlauk gudheg. Namun, saya tetap berusaha bersyukur sebab punya privilige untuk mendapatkannya cuma-cuma.
Lagi pula, saya hanya tak suka. Bukan anti gudheg. Jika mengonsumsinya, tak ada dampak buruk apa pun bagi tubuh saya. Misalnya terkena alergi gatal-gatal atau kepala puyeng.
Saya baik-baik saja kok kalau makan nasi berlauk gudheg. Hanya saja kalau ada alternatifnya, misalnya disuruh pilih nasi gudheg atau lupis, saya bakalan pilih lupis.