Lihat ke Halaman Asli

Aqiella Fadia Rizqi

Imperfect Zero Waste Fighter

Petaka Anak Penikmat Tayangan Sinetron yang Dimaklumi Lingkungan Sekitar

Diperbarui: 19 Januari 2020   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber instagram @mkf_official

Judul artikel terinspirasi dari judul-judul sinetron yang biasa tayang di televisi swasta yang lebih sering daripada ketentuan minum obat.

Sejauh saya ketahui dan rasakan sendiri, apabila membahas tayangan televisi saat ini utamanya sinetron atau FTV di Indonesia pasti tidak akan ada ujungnya. Semua orang punya pendapat dan prespektifnya masing-masing.

Begitu beragam alasan mereka yang kurang menyukai genre tayangan ini. Salah satunya karena tema dan cerita yang diangkat selalu tidak jauh dari hubungan (keluarga, anak-ortu, suami-istri, dst) yang tidak harmonis. Si protagonis cenderung divisualkan sangat lemah sedang antagonis begitu dominan bahkan jarang sekali nampak secuil sisi baik darinya sebagai manusia.

Di lain pihak, para penikmat tayangan ini juga memiliki pendapatnya masing-masing. Misalnya, yang paling sederhana, mereka merasa terhibur. That's it, Sesimpel itu. Dan memang itulah fungsi tayangan semacam ini. Sampai sini tidak ada yang salah, untukku.

Aku yakin jumlah penontonnya tidak mungkin sedikit. Terbukti dari jumlah tayangan dalam sehari dan jadwal tayang yang mengambil jam-jam efektif. 

Mulai di sinilah aku terganggu. Bukan karena tayangannya, sebab masih banyak sekali alternatif tontonan selain FTV atau sinetron-sinetron ini, di stasiun televisi yang lain, atau bahkan platform digital lain, semacam youtube, iflix, netflix, dan sebagainya. 

Berdasarkan pengamatan pribadi, penggemar FTV dan sinetron bukan hanya orang dewasa -yang merupakan sasaran audiens utama, terlebih ibu-ibu rumah tangga. Namun semakin ke sini, anak-anak mereka pun ikut menikmati tontonan semacam ini. Pun terjadi di rumah yang saat ini aku tinggali (rumah tante). Alasannya? 

1. Ikut orang tua atau orang dewasa di sekitarnya

Mungkin awalnya anak hanya melihat sekilas, lalu pergi bermain. Tapi ketika mereka sedang tidak berminat keluar rumah dan bertepatan tayangan itu diputar di televisi rumahnya, tidak menutup kemungkinan, anak itu lantas menaruh perhatian. 

Apalagi jika orang dewasa di sekitarnya membiarkan atau bahkan mendukung "eh (tayangan)ini aja, jangan diganti" misal. Karena itu sesuatu yang baru, tidak jarang anak tertarik dan terus-menerus menonton, jadi ke'biasa'an deh.

Bahkan tidak jarang, anak terlebih dahulu menyukai tontonan ini daripada orang tuanya. Ketika orang tua sudah membatasi, tapi anak masih bisa menonton di rumah saudara atau tetangga terdekat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline