Seiring ancaman tarif 32% dari Amerika Serikat yang akan mulai berlaku 1 Agustus 2025, Pemerintah Republik Indonesia mengambil langkah cepat melalui dua strategi penting: negosiasi tarif mendesak di Washington dan peluncuran paket stimulus senilai Rp24,44 triliun. Intip bagaimana langkah ini bisa menjaga momentum ekonomi RI dan menarik perhatian pelaku usaha serta investor. (Menko Perekonomian Airlangga Hartarto speak up to media dalam negosiasi tarif (sumber: Reuters. Com))
1. Latar Belakang dan Isu Utama
Ancaman tarif AS sebesar 32% untuk produk ekspor RI akan diberlakukan mulai 1 Agustus 2025, berdampak besar terhadap ekspor komoditas utama seperti nikel, kelapa sawit, dan tekstil.
2. Langkah Negosiasi Pemerintah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan tim RI dijadwalkan bertemu pejabat tinggi AS untuk memohon keringanan tarif. RI pun menawarkan pengurangan bea impor untuk produk AS menjadi hampir nol serta komitmen peningkatan impor hingga US$34miliar.
3. Kesepakatan Pra-tarif: MoU US$34 Miliar
Pada 7 Juli 2025, Indonesia sepakat menjalin nota kesepahaman US$34miliar dengan mitra AS---meliputi impor energi, gandum, jagung, dan kapas---untuk menyeimbangkan neraca dagang dan mempengaruhi keputusan tarif AS.
4. Dorongan Internal: Paket Stimulus Rp24,44 Triliun
Memasuki semester II 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani meluncurkan lima paket stimulus senilai Rp24,44 triliun. Program ini mencakup diskon tarif listrik dan tol, subsidi upah, serta bantuan sosial.
5. Tujuan dan Proyeksi Pertumbuhan
Stimulus tersebut diharapkan dapat mendorong konsumsi rumah tangga, mempertahankan pertumbuhan ekonomi mendekati 5%, setelah data Q1 menunjukkan laju perlambatan ke 4,9 %.
6. Tantangan & Persepsi Global
Banyak analis menilai bahwa dampaknya bersifat moderat. Ditekankan bahwa kombinasi kebijakan fiskal dan moneter diperlukan guna menghadapi tensi dagang global dan lesunya permintaan domestik.
7. Dampak Tarif AS terhadap Sektor Ekspor Strategis Indonesia
Pengenaan tarif 32% oleh AS akan memberikan tekanan besar terhadap beberapa sektor ekspor strategis RI. Sektor nikel, misalnya, yang menjadi andalan dalam ekosistem baterai kendaraan listrik, berpotensi kehilangan daya saing di pasar global. Produk CPO (Crude Palm Oil) dan tekstil juga akan mengalami hambatan besar akibat peningkatan harga jual di pasar Amerika, yang bisa menyebabkan pengalihan pesanan ke negara lain.
8. Diplomasi Ekonomi RI: Strategi Jangka Panjang
Langkah negosiasi tarif ini bukan sekadar respons jangka pendek, melainkan bagian dari strategi diplomasi ekonomi RI jangka panjang. Pemerintah menekankan pentingnya kemitraan setara dan mendorong diversifikasi pasar ekspor. Di luar AS, Indonesia juga aktif mempererat kerja sama dagang dengan negara-negara Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah untuk memperluas akses pasar.
9. Rincian Program Stimulus: Lima Pilar Utama
Paket stimulus Rp 24,44 triliun terdiri dari lima pilar utama: (1) subsidi listrik untuk rumah tangga miskin; (2) diskon tarif tol untuk kendaraan logistik; (3) bantuan sosial tunai untuk 15 juta keluarga; (4) insentif upah bagi 10 juta pekerja berpendapatan rendah; dan (5) program padat karya infrastruktur ringan di daerah. Kelima pilar ini bertujuan menjaga konsumsi domestik dan menciptakan lapangan kerja sementara.
10. Peran Bank Indonesia dan Stabilitas Moneter
Bank Indonesia turut mendukung stimulus fiskal dengan kebijakan moneter yang akomodatif. BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada semester I 2025. Ini dilakukan untuk mendorong kredit konsumsi dan investasi di sektor produktif, terutama UMKM. Selain itu, BI menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi pasar dan cadangan devisa.