Mohon tunggu...
Amos Ursia
Amos Ursia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

Kekhawatiran Ketika Dilan Menjadi Minke

27 Mei 2018   09:20 Diperbarui: 27 Mei 2018   09:26 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Beberapa hari lalu, seorang teman memberi tahu kalau novel "Bumi Manusia" akan diadaptasi menjadi film. Film ini disutradarai Hanung Bramantyo, Minke akan diperankan oleh Iqbaal Ramadhan, dan Annelies diperankan oleh Mawar Eva. Yang menarik, film ini diproduksi oleh Falcon Pictures. Beberapa bulan lalu, Falcon Pictures memproduksi film "Dilan 1990" dan "Teman Tapi Menikah".

Saya khawatir kalau film ini ternyata tidak sesuai harapan (pembaca) pengagum Mbah Pram.

Patut diingat, 2 tahun lalu ada teater yang mengadaptasi kisah cerita dari "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa". Teater ini berjudul "Bunga Akhir Abad". Penyusun naskah teater mengaku kesulitan mengadaptasi "Bumi Manusia" menjadi naskah teater. Akhirnya, hanya beberapa bagian dari "Bumi Manusia" saja yang diadaptasi. Sisanya diambil dari "Anak Semua Bangsa".

"Bumi Manusia" memang sangat kompleks dari semua segi. Komplikasi dalam cerita dibangun melalui dialog intens antara Minke dan tokoh lain, bahkan antara Minke dengan dirinya sendiri. Poin poin penting dalam cerita dihadirkan melalui detail dan penggambaran yang tersirat. Sulit untuk mengubah detail diluar dialog yang deskriptif menjadi dialog atau narasi. 

Menurut Max Lane, "Bumi Manusia" bukan sebuah karya fiksi berlatar sejarah. Novel ini adalah sejarah yang (sengaja) ditulis dalam karya fiksi. Novel ini merupakan hasil riset sosial, budaya, politik dan ekonomi yang mendalam oleh Mbah Pram, jadi bukan sekedar imajinasi.

Maka tak heran jika "Bumi Manusia" mencakup berbagai kompleksitas historis. Yang bahkan belum banyak dikaji dalam historiografi Indonesia. Beberapa diantaranya, sejarah pelacuran dan pergundikan, hierarki fungsional Hindia Belanda, kasta dan feodalisme, kelas sosial nasi goreng, bahasa Melayu lingua franca, proyeksi nasion Nusantara, lalu rekonstruksi kemanusiaan dalam tokoh utama, dan masih banyak lagi.

"Bumi Manusia" adalah mahakarya sejarah yang rumit dan kompleks. Sulit menemukan karya fiksi sejarah dengan kekayaan riset seperti novel ini.

Saya cukup khawatir ketika saya mencari informasi film "Bumi Manusia". Saya khawatir adaptasi visual novel "Bumi Manusia" menjadi gagal karena kompleksitas yang saya bahas tadi. Lalu, kemana fokus film ini? Kisah utama apa yang diangkat? Apa hanya kisah cinta Minke Annelies nya saja?

Semenjak saya tahu Falcon Pictures yang memproduksi film ini, saya takut jika film ini menjadi kisah Dilan Milea versi zaman kolonial Hindia Belanda, yang bahkan makna utama dari "Bumi Manusia" tidak diadaptasi. 

Logika sederhana saja, pasar film tahun ini film remaja, Falcon Pictures telah berhasil menggaet remaja Indonesia untuk menonton Dilan dan Teman Tapi Menikah.

Dengan memilih tokoh utama Iqbaal dan Eva, terlihat bahwa produksi film ini membuat segmentasi pasar untuk remaja. Komersialisasi ini yang saya khawatirkan akan berbahaya, karena (takutnya) menghilangkan rekonstruksi menyeluruh Mbah Pram terhadap sejarah Nusantara yang tertulis dalam mahakarya "Bumi Manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun