Setiap keputusan dalam inkuiri kolaboratif didasarkan pada data nyata yang diambil dari hasil pengamatan kelas dan data hasil belajar murid, sehingga perbaikan yang dilakukan relevan dan efektif.
2. Kolaborasi yang Setara dan Bermakna
Dalam inkuiri kolaboratif, semua peserta---guru, kepala sekolah, orang tua murid, murid, dan/atau mitra pendidikan lainnya---berpartisipasi secara setara tanpa hierarki, sehingga setiap suara dihargai sebagai kontribusi penting untuk meningkatkan praktik pembelajaran.
3. Budaya Profesional yang Terbuka dan Reflektif
Inkuiri kolaboratif mendorong guru untuk terus melakukan refleksi mendalam terhadap praktik pengajaran mereka. Setiap fase dalam siklus inkuiri melibatkan pertanyaan-pertanyaan reflektif yang kritis, seperti: Apa yang berhasil? Mengapa hal itu berhasil? Apa yang perlu diperbaiki? Bagaimana cara memperbaikinya?
4. Terstruktur tetapi FleksibelÂ
Meskipun mengikuti siklus yang sistematis, yaitu Assess--Design--Implement--Measure/Reflect/Change, inkuiri kolaboratif tetap fleksibel. Hal ini memberikan ruang bagi guru untuk menyesuaikan pendekatan berdasarkan dinamika kelas dan hasil temuan.
Fokus pada Pembelajaran dan Hasil Murid Semua kegiatan inkuiri diarahkan untuk memastikan bahwa murid benar-benar belajar secara mendalam, bukan hanya diajar.
5. Pembelajaran Berkelanjutan di Tempat Kerja
Quinn dkk. (2020) menegaskan bahwa pembelajaran profesional paling efektif terjadi melalui kerja sama dan refleksi yang berlangsung secara terus-menerus dalam konteks pekerjaan sehari-hari, bukan hanya melalui pelatihan formal, melainkan pembelajaran berkelanjutan yang dilakukan bersama-sama.
Kontekstual dan Responsif Inkuiri kolaboratif tidak hanya berfokus pada perubahan permukaan, tetapi juga pada transformasi yang bermakna. Ini termasuk penerapan empat kerangka pembelajaran: praktik pedagogis, lingkungan belajar, kemitraan pembelajaran, dan pendekatan digital, yang semuanya harus relevan dengan konteks lokal sekolah dan responsif terhadap kebutuhan murid.