Kala itu 1917, dengan harta yang dimilikinya, Sultan Syarif Kasim II membangun Sekolah Agama Islam yang diberi nama Madrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah. Sebelum itu ia telah leih dahulu berdikusi dengan para petinggi di Kesultanan dan juga istrinya.
  "Istriku apakah kau setuju dengan keputusanku untuk membangun sekolah agama Islam yang akan kuberi nama Masdrasah Taufiqiyah Al-Hasyimiah?", tanya Sultan Syarif Kasyim II pada permaisurinya.
  "Jika tujuanmu bukan hanya untuk menandingi sekolah yang didirikan pemerintah Hindia Belanda aku sangat setuju. Aku tidak mau kau mendirikannya hanya karna untuk menandingi pemerintah Hindia Belanda saja", jawaban tegas sang permaisuri.
  "Pendidikan yang ku maksud selain sebagai menimba pengetahuan agama Islam, juga sebagai menanamkan semangat kebangsaan, harga diri dan jiwa patriotisme", alasan Sultan Syarif Kasyim II.
  "Baiklah jika itu alasannya maka aku akan sangat menyetujuinya. Tapi apakah kau baik baik saja dengan hartamu yang bisa terkuras untuk membangun semua itu?", tanya permaisurinya.
  "InsyaAllah saya ikhlas. Berjuang dijalan Allah pasti akan ia ridho'i, saya tidak khawatir atraupun takut jika nantinya harta saja bisa sangat terkuras".
  Sekolah-sekolah susunannya menggunakan bahasa pengantar Melayu dan Hindia Belanda. Dengan harta yang dimilikinya, sultan juga mengirimkan anak-anak Siak yang cerdas ke Batavia. Sekolah dasar yang didirikan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang berdiri pada 1917 diperuntukkan bagi anak laki-laki dengan masa pendidikan selama 7 tahun. Selain untuk memperdalam ajaran Islam, Madrasah Taufiqiyah al Hasyimiah mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan umum.
  Kala itu pada tahun 1926 tepatnya setelah Sultan Syarif Kasyim II mengunjungi daerah di luar Siak, seperti saat menghadap Residen Sumatera Timur di Medan, juga ke Langkat atau Tanjungpura tiba tiba terbesit dalam pikiran sang permaisuri untuk membangun sekolah khusus untuk wanita. Ia pun mulai memberitahu suaminya itu tentang rencana yang ada dibenaknya itu. Lebih dulu mesti dibilang sebelum Sultan Syarif Kasyim menyetujuinya ia telah terlebih dulu menanyakan alasan sang istri.
  "Atas dasar apa kau tiba tiba terinspiras untuk membangun sekolah khusus wanita?", tanya sang sultan.
  "Saat aku menemanimu mengunjungi Medan, aku melihat disana sudah jauh lebih modern. Tidak sedikit para wanita yang melakukan pekerjaan pria. Emansipasi wanita disana sangatlah terlihat,tidak banyak perbedaan antara pekerjaan laki laki dan perempuan yang biasanya hanya dianggap lemah, aku pun ingin disini pun begitu", jelas sang permaisuri.
  "Tapi Sultan, maaf sekali jika harus menguras hartamu lagi," kekhawatiran sang permaisuri