Nurul Fatihah ialah seorang warga yang tinggal di kabupaten Sambas, yang mana kabupaten Sambas itu sendiri merupakan wilayah dari negara Indonesia yang terletak di provinsi Kalimantan Barat yang memiliki perbatasan darat dengan negara tetangga yakni wilayah Sarawak, Malaysia. Sarawak merupakan wilayah bagian dari Negara Malaysia yang kaya akan kultur dan budaya, tak heran ini memikat hati Nurul beserta keluarga nya untuk berkunjung ke sana. Perjalanan Nurul ini bukan untuk yang pertama kalinya, melainkan ini merupakan kunjungan yang ketiga kalinya Nurul ke Sarawak.Â
Sebagai warga yang tinggal di daerah kabupaten Sambas, PLBN Aruk menjadi jalur pilihan Nurul untuk perjalanannya menuju Sarawak. PLBN Aruk itu sendiri merupakan salah satu pintu perbatasan yang menghubungkan kabupaten Sambas dengan Sarawak. Pada kunjungan ke Sarawak kali ini Nurul tidak sendiri, ia beserta ayah dan ibunya, adik perempuannya, serta kedua orang bibi dan satu orang pamannya juga turut ikut dalam kunjungan kali ini.
Keberangkatan Nurul beserta keluarganya dimulai pada hari kamis, sekitar pukul 06.30 WIB tepatnya pada tanggal 31 Oktober 2024. Nurul beserta keluarganya berangkat menggunakan mobil pribadi, dengan menyewa satu orang sopir ahli yang sudah berpengalaman terkait rute perjalanan ke Sarawak. Untuk tarifnya, Pulang-Pergi (PP) di hitung 1 juta per orang, sudah termasuk biaya bensin yang akan di tanggung sopir. Â Â
Jarak yang ditempuh dari titik keberangkatan dari tempat kediaman Nurul yaitu desa Tebing Batu menuju PLBN Aruk memakan waktu kurang lebih sekitar 2 jam, sehingga Nurul beserta keluarganya tiba di PLBN Aruk sekitar pukul 09.00 WIB. Di sini mereka mengalami sedikit kendala, terkait administrasi dan persyaratan yang harus dipenuhi ketika melalui perbatasan, di mana ada satu paspor dari salah satu keluarga Nurul yang mengalami sedikit kendala dalam pengecapannya. Sehingga, membuat mereka baru bisa keluar dari perbatasan sekitar pukul 13.00 WIB. Setelah melewati proses yang cukup panjang, perjalanan pun dapat dilanjutkan untuk menuju ke rumah bibi Nurul di daerah Samariang. Tibanya mereka di sana sekitar pukul 16.00 MYT, mereka beristirahat dan menikmati makanan yang telah dihidangkan bibinya sembari mengobrol, temu kangen sesama keluarga. Â Â
Malam pun tiba, setelah lama beristirahat, serta melaksanakan ibadah dan lain sebagainya, sekitar pukul 21.15 MYT Nurul bersama keluarganya memutuskan untuk menikmati makan malam di sebuah restoran yang terkenal di Kuching, Sarawak yaitu Ceylonese Restaurant. Restoran ini memiliki nuansa khas India, baik dari segi makanan, pelayanan, hingga desain interior yang autentik dengan kebudayaan India. Walaupun demikian, makanan khas Malaysia juga tersedia di sini. Suasana di restauran ini begitu ramai, hal itu dibuktikan dengan banyak nya pelanggan yang berdatangan walaupun sudah pukul 23.00 MYT. Hal ini menunjukkan bahwa kuliner malam di Sarawak memiliki keunikan tersendiri di mana yang seharusnya semakin larut malam itu restaurant makin sepi, tetapi di sini justru kebalikannya. Â Â
Selama di Sarawak, Nurul menyaksikan lomba sampan yakni sebagai agenda utama dari Festival Regatta Sarawak yang diadakan di Waterfront, salah satu ikon wisata di Kuching, Sarawak. Selain itu, Festival lain juga diadakan serentak di sekitaran Waterfont. Namun, sebelum ia pergi kesana, Nurul mampir ke Plaza Merdeka, sebuah pusat perbelanjaan modern yang lokasinya tidak jauh dari Waterfront. Plaza Merdeka ialah tempat yang menawarkan berbagai macam produk, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga barang-barang mewah. Di sini Nurul berbelanja kosmetik dan ia juga terpikat dengan sebuah tas wanita sehingga menguras dompetnya sebesar RM. 120.
Setelah membeli tas, Nurul langsung menuju Waterfront, suasana festival sudah terasa begitu meriah. Selain lomba sampan, ada berbagai macam penampilan lain yang memamerkan kebudayaan khas Sarawak, seperti pameran kerajinan caping, piring hias, baju kurung, songket, hiasan dinding dan lain sebagainya, yang mana itu merupakan bagian dari Festival Budaya Sarawak. Dua acara yang diselenggarakan secara bersamaan ini, membuat suasana di Waterfont dan sekitarnya begitu ramai. Hal itu dapat dilihat dari banyak stand makanan yang menawarkan berbagai kuliner khas Sarawak. Tak kalah uniknya, di setiap stand juga dilengkapi dengan panggung kecil untuk pergelaran seni, seperti tarian tradisional dan musik khas Sarawak yang menciptakan suasana yang begitu menyenangkan bagi setiap pengunjung yang hadir. Di sini, Nurul juga menyempatkan waktu bertemu adiknya yang bernama Iqbal, dimana sang adik merupakan peserta dalam acara lomba sampan Regatta. Berbincang-bincang sejenak sembari memberikan dukungan kepada adiknya yang sedang ikut lomba sampan, yang di bayar untuk mewakili tim dayung dari kampung Sejijak. Â Â
Di sisi lain, Nurul bersama keluarganya juga menyempatkan diri untuk berziarah ke Makam Islam Samariang, tempat peristirahatan terakhir pamannya yang telah lama wafat. Ziarah ini menjadi momen refleksi serta introspeksi bagi Nurul, bahwasanya yang bernyawa pasti akan mengalami yang nama kematian, sekaligus sebagai bentuk penghormatan kepada keluarganya yang telah berpulang menghadap Sang Khaliq. Â Â
Selain itu, Nurul juga pergi berbelanja ke toko serba 2 Ringgit 60 Sen, sebuah toko yang terkenal di Malaysia karena menjual berbagai barang berkualitas dengan harga yang sangat terjangkau. Toko ini menjual beragam produk, mulai dari makanan, perabotan rumah tangga, pakaian, hingga aksesoris. Karena banyaknya pilihan barang menarik dengan harga murah, tanpa sadar Nurul menghabiskan sekitar RM. 500 untuk berbelanja di toko tersebut. Â
Tak hanya itu, Selama perjalanannya selama di Sarawak, ia melihat pemandangan sekitar yang baginya itu janggal yaitu melihat beberapa deretan rumah, yang terlihat seperti sudah rapuh bangunannya tetapi memiliki mobil masing-masing di rumah tersebut. Dia merasa bingung, apakah penghuni rumah tersebut itu orang kaya atau miskin ujar dalam hatinya. Dia juga memperhatikan di jalan raya, lebih banyak kendaraan berupa mobil dibanding sepeda motor, serta lingkungan yang termasuk kategori bersih, sedikitnya sampah yang berserakan serta udara yang tidak terlalu tercemar jika di bandingkan dengan daerah nya sendiri. Â Â
Selain berbelanja dan berjalan-jalan menikmati festival, Nurul juga menyempatkan diri untuk singgah di Masjid Terapung untuk melaksanakan Ibadah sholat Ashar. Masjid Terapung merupakan sebuah masjid yang terletak di tepi Sungai Sarawak. Suasana di masjid tersebut begitu menyejukkan hati bagi para jama'ah dikarenakan fasilitasnya yang memadai serta desain interior yang begitu indah serta keunikan dan kekhasan dari arsitektur Sarawak menghadirkan kesan yang memberikan pengalaman yang berbeda. Â Â
Memasuki hari ke empat Nurul di Sarawak, kali ini sedikit berbeda, dimana hari ini Nurul pergi bersama sepupunya, dan tidak berbarengan dengan keluarga nya yang lain. Mereka berdua pergi menjelajahi India Street Pedestrian Mall, salah satu pusat perbelanjaan terkenal di Kuching yang menawarkan berbagai macam produk, terutama pakaian dan tekstil. Di sini, ia membeli beberapa cenderamata khas Sarawak, termasuk kaos dan jersey yang dipenuhi dengan icon Malaysia untuk keponakan dan keluarga nya yang ada di kampung halaman. Â Suasana di Mall ini sangat khas dengan bangunan-bangunan tua yang masih terjaga keasliannya. Â Â
Beranjak dari sana, Nurul bersama sepupunya pergi ke Waterfont untuk memuaskan diri karena ini merupakan hari terakhirnya liburan di Sarawak, ia menikmati festival sampai selesai. Di mana ketika penutupan festival tersebut banyak pergelaran musik sekaligus pembagian hadiah dari berbagai kompetisi yang di adakan. Hingga waktu magrib tiba, Nurul bersama sepupunya makan di tempat makan yang ada di sekitaran waterfont. Setelah makan, ia membeli jajanan lagi, lalu duduk bersantai di dekat jembatan, menikmati keindahan suasana malam hari di waterfont. Banyak juga pengunjung lainnya yang melakukan hal yang serupa, sembari melihat pemandangan air mancur di Waterfront. Â
Di malam itu juga, Nurul menyempatkan diri untuk bertemu dengan temannya yang ada di Sarawak yang bernama Yuni. Temu Kangen pun terjadi di tepian sungai Sarawak antara Nurul dan Yuni yang telah lama tidak bertemu. Mereka asik mengobrol hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 21.00 MYT. Yang namanya pertemuan, pasti di akhiri dengan perpisahan, maka dari itu perpisahan antara Nurul dan Yuni pun terjadi, dikarenakan Nurul sudah merasa lelah seharian berjalan-jalan ingin istirahat dan pulang ke rumah bibinya bersama sepupunya. Pelukan hangat antara mereka berdua pun terjadi sebelum Nurul beranjak untuk pulang. Dengan demikian Yuni juga pulang ke tempat tinggalnya yang ada di Kuching, Sarawak. Sekitar jam 22.00 MYT, Nurul tiba dirumah, datang langsung istirahat untuk persiapan pulang ke Indonesia esok harinya. Â Â
Pagi harinya, Nurul bersiap untuk meninggalkan Sarawak dan kembali ke tanah air. Ia berangkat pukul 07.00 MYT pagi dan tiba di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk sekitar pukul 09.30 WIB. Setelah menyelesaikan proses administrasi di PLBM, ia keluar dari perbatasan sekitar pukul 10.00 WIB dan melanjutkan perjalanan menuju desa Tebing Batu, yakni tempat kediaman Nurul. Berapa jam kemudian, akhirnya Nurul beserta keluarganya sampai di kampung halamannya tepat pada saat adzan Dzuhur dikumandangkan. Cerita perjalanan Nurul dalam menjelajahi Budaya, Kuliner, dan Festival di Sarawak di akhiri di sini. Perjalanan ini bukan hanya sekadar wisata, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi Nurul yang banyak belajar terkait budaya dan tradisi serta berbagai kondisi kehidupan masyarakat di Sarawak, Malaysia. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI