Mohon tunggu...
Amirudin Mahmud
Amirudin Mahmud Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pemerhati sosial-politik

Penulis Buku "Guru Tak Boleh Sejahtera" Bekerja di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersyukurlah Menjadi Guru

30 Desember 2021   06:40 Diperbarui: 30 Desember 2021   06:51 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tak pernah terpikirkan sebelumnya saya  memilih kuliah di fakultas keguruan. Orangtualah yang memberi ultimatum agar saya memilih jurusan di fakultas tempat calon guru menimbah ilmu tersebut. Awalnya saya tertarik ke ilmu filsafat. Alasanya sederhana, saat itu saya pernah mendengar bahwa filsafat itu induknya ilmu pengetahuan. Saya tak berpikir tentang masa depan pasca kuliah. Saya hanya ingin melanjutkan belajar. Titik.

Ternyata orangtua saya berpikir jauh ke depan. Menurutnya, kuliah itu disamping untuk mencari ilmu juga menyiapkan diri guna bisa bersaing memperoleh pekerjaan. Sepengetahuannya, di kampung itu yang kerjanya enak guru. Guru tidak kerja di tempat yang kotor seperti dirinya sebagai petani. Pekerjaannya ringan dalam pengertian tidak mengandalkan otot (tenaga). Guru itu bersih. Sedikit necis, saat itu loh. Kalau sekarang sih necis beneran. Mereka memperoleh gaji. Terlebih jika berstatus PNS, kehidupan mereka tercukupi. Ya, walaupun harus diakui kehidupan guru saat itu tidak seperti sekarang. Saat ini kehidupan guru  jauh lebih sejahtera.

Karena kurang minat, saya sempat berharap tidak diterima di PTN. Sehingga  saya bisa  kuliah di tempat lain dengan memilih jurusan yang saya kehendaki. Tapi, nasib berkata lain. Saya diterima di fakultas keguruan di salah satu institut negeri di kota Semarang.  Saya pun berusaha menerima keadaan. Belajar menyesuaikan diri. Seiring waktu saya mulai mencintai disiplin ilmu keguruan. Walaupun tak sepenunya senang  saya dapat mengikuti mata kuliah yang disampaikan dalam kelas.

Namun demikian, saya masih mengoleksi buku-buku filsafat. Membacaya hingga tuntas walaupun kadang gak paham sepenuhnya. Sampai ada teman mengatakan kamu ini sebenarnya calon guru atau pemikir? Kok bukumu banyak yang mengupas tentang filsafat. Waktu itu saya menjawab, "saya ini calon guru filsafat". Hehehe, hebat bukan?

Setelah dilakoni saya baru sadar  bahwa guru merupakan profesi yang sangat mulia. Mengajar itu pekerjaanya para nabi. Bahkan tuhan pun telah mendidik dan mengajar manusia. Bukankah dalam Al Quran diceritakan bagaimana Allah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada nabi Adam as. Allah telah menegaskan dalam kitab suci-Nya, "Dialah yang mengajarkan manusia segala yang belum diketahui". (QS. Al Alaq ayat 5)

Guru adalah profesi yang sangat mulia. Paling tidak ada beberapa alasan yang mendasarinya. Pertama, guru mengenalkan manusia dengan tuhanya. Ilmu pengetahuan itu mengantarkan manusia mengenal tuhannya. Sebab alam semesta sebagai obyek ilmu pengetahuan adalah ciptaan tuhan yang tak lepas dari hukum dan kendalin-Nya. Sedangkan guru berperan mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada yang lain dalam hal ini adalah siswa-siswinya. Jadi sangat jelas guru telah berjasa membimbing manusia dalam mengenal dan mendekati tuhan.

Kedua, guru memanusiakan manusia. Seperti diketahui pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia. Sebagai makhluk yang diciptakan tuhan dengan bentuk ciptaan yang paling baik diantara semua makhluk manusia dibekali berbagai potensi termasuk potensi berpikir dengan akalnya. Potensi-potensi tersebut wajib dikembangkan guna dapat mencapai kesempurnaan. Mengembangkan potensi itu membutuhkan bimbingan, pelatihan, pengajaran serta pendidikan. Dan itu semua menjadi tugas guru. Gurulah yang mendampingi seseorang ke ara kesempurnaan sebagai manusia.

Ketiga, guru membekali peserta didik berbagai ketrampilan  guna menghadapi kehidupan. Hidup itu tidak mudah. Butuh perjuangan dan kerja keras. Tak cukup itu, dibutuhkan juga ketrampilan hidup. Kaitan dengan ini eksistensi guru dibutuhkan. Guru membimbing, menggali dan mengembangkan bakat  yang dimiliki manusia, kemudian diwujudkannya sebagai ketrampilan hidup (skill).

Siapa guru itu?

Banyak pendapat untuk menjawab pertanyaan di atas. Saya mengutip beberapa definisi dari para ahli. Menurut Prof Zakiyah Derajat guru adalah petugas lapangan dalam pendidikan yang selalu berhubungan dengan murid sebagai obyek pokok dalam pendidikan.[1] Sedangkan Ngalim Purwanto (1995) mengatakan bahwa guru adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang.[2]

Bagi saya guru adalah mereka yang mengajar, membimbing, melatih dan mendidik. Mengajar maknanya mentransfer ilmu pengetahuan. Membimbing berarti mendampingi perkembangan fisik dan psikis seseorang. Melatih artinya menggali dan mengembangkan bakat. Sedangkan mendidik adalah rangkaian ketiganya. Karena tugas berat yang diemban guru tersebut, pakar pendidikan Indonesia Munif Chatib menyebut guru sebagai manusia pembelajar.[3] Menjadi guru tidak boleh berhenti belajar. Dia dituntut mampu menjawab segala persoalan yang dihadapi dalam mengemban tugas profesinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun